Bursa Efek Indonesia (BEI) menyampaikan minat penerbitan produk Exchange Traded Fund (ETF) di tengah pandemi Covid-19 tercatat masih baik. ETF adalah produk reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) yang unit penyertaannya diperdagangkan di bursa.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan telah ada tujuh penerbitan produk ETF baru di bursa per September 2020. Selain itu, masih ada tiga ETF yang mengantre untuk diterbitkan di bursa pada tahun ini.
"Tahun ini di tengah kurangnya suplai, minat penerbitan ETF juga masih cukup baik. Ada tujuh penerbitan sampai September, dan masih ada tiga lagi di pipeline," kata Hasan dalam edukasi wartawan pasar modal secara virtual, dari Jakarta, Selasa (3/11).
Hasan menjelaskan, produk ETF bukanlah produk baru di pasar modal. Produk ini telah terbit sejak 2007, dengan satu produk berbasis saham yang diterbitkan PT Indo Premier Investment Management dan satu produk berbasis obligasi yang diterbitkan PT Bahana TCW Investment Management.
Namun, produk ini baru berkembang lima tahun kemudian pada 2013, dengan tiga penerbitan baru, dan terus berkembang hingga 2017. Pada 2018, perkembangan produk ETF menemukan momentumnya. BEI mencatat jumlah penerbitan meningkat dalam satu tahun menjadi 10 ETF baru, sehingga total produk ETF yang tercatat di bursa menjadi 24 ETF.
"Tahun lalu kami mencatat pertumbuhan rekor terbit 14 ETF baru dalam satu tahun, sehingga totalnya menjadi 38. Di tahun ini sudah ada tujuh ETF baru yang tercatat, sehingga total ETF yang tersedia saat ini ada 45," ujar dia.
Dia melanjutkan, dengan jumlah tersebut, jumlah ETF Indonesia merupakan yang terbanyak ketimbang bursa-bursa lain di ASEAN dengan underlying alias aset dasar indeks lokal.
Selain itu, dealer partisipan ETF juga terus meningkat, dari semula hanya dua, menjadi tujuh dealer partisipan dengan 22 manajer investasi yang menjadi penerbit.
"Asset Under Management (AUM) juga tumbuh, sudah ada Rp14 triliun per akhir tahun lalu dan sedikit ada penurunan di tahun ini karena benchmark index kebanyakan secara rata-rata menurun. Jadi per September ini, AUM sudah Rp13,3 triliun dari 45 ETF yang tersedia," tuturnya.