Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 22 Desember 2020, penghimpunan dana dari Initial Public Offering (IPO) saham tercatat sebesar Rp5,49 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, dengan kondisi pandemi yang terjadi, terdapat penurunan nilai penghimpunan dana pada 2020, dibanding periode tahun sebelumnya.
Seperti diketahui pada 2019 lalu, terdapat 55 IPO saham dengan total dana terhimpun sebesar Rp14,78 triliun.
"Sampai dengan tanggal 22 Desember 2020, setelah pencatatan saham PMMP, total dana dihimpun pada tahun 2020 dari IPO saham adalah sebesar Rp5,49 triliun," kata Nyoman, Kamis (24/12).
Namun, Nyoman memandang optimistis jumlah penghimpunan dana IPO bisa meningkat tahun depan. Pasalnya, kebijakan pemerintah seperti Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan penyediaan vaksin kepada masyarakat, diyakini bisa menumbuhkan optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga bisa mencapai 5% pada tahun 2021.
"Dengan demikian kami berharap, jumlah pencatatan efek, baik saham maupun EBUS dan efek-efek lainnya, serta jumlah dana yang dihimpun akan meningkat, seiring dengan potensi rebound sektor-sektor industri di tahun 2021," ujar Nyoman.
Hingga saat ini, kata Nyoman, masih terdapat 17 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Satu di antaranya, diprediksi akan melakukan IPO pada Desember 2020.
Adapun detail 17 perusahaan dalam pipeline BEI yang akan melakukan IPO, rinciannya enam dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi, dua perusahaan dari sektor properti, real estat, dan konstruksi bangunan, dua perusahaan dari sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi.
Lalu dua perusahaan dari sektor agrikultur, satu perusahaan dari sektor pertambangan, dua perusahaan dari sektor aneka industri, dan dua perusahaan dari sektor keuangan.