Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi menyampaikan, keberadaan layanan urun dana berbasis teknologi atau securities crowdfunding (SCF) membuat pasar modal Indonesia menjadi semakin inklusif.
Kehadiran SCF membuat perusahaan skala kecil dapat mengakses produk pasar modal, tidak terbatas pada perusahaan besar.
"SCF merupakan langkah yang sangat bagus untuk meningkatkan kinerja UKM (Usaha Kecil Menengah) dan membuat pasar modal semakin inklusif, tidak hanya untuk perusahaan skala besar saja, tapi juga untuk UKM," kata Inarno dalam webinar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jakarta, Jumat (23/4).
Inarno yang juga Ketua ISEI Jakarta ini melanjutkan, SCF menjadikan opsi pendanaan di Indonesia semakin lengkap. Perusahaan skala kecil dapat mengakses SCF sebagai medium pendanaan.
Menurutnya, setelah semakin berkembang, perusahaan bisa mengakses pendanaan semakin besar di pasar modal Indonesia melalui initial public offering (IPO) dan tercatat di papan akselerasi BEI.
"Semakin banyak bermunculan platform SCF yang diharapkan dapat semakin membuka akses pendanaan UMKM dan menjadi medium pemulihan ekonomi, khususnya sektor UMKM itu sendiri," ujarnya.
Seperti diketahui, salah satu kendala dan tantangan utama UMKM Indonesia untuk naik kelas datang dari sisi permodalan. Untuk menjawab tantangan ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan Peraturan OJK Nomor 37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi untuk meningkatkan akses permodalan ekuitas bagi UMKM.
POJK tersebut kemudian diperluas dengan terbitnya POJK Nomor 57/POJK.04/2020 tentang Penawaran Efek Melalui Layanan Urun Dana Berbasis Teknologi Informasi (Securities Crowdfunding), yang memungkinkan perusahaan kecil menawarkan obligasi dan memperluas jenis badan hukum usaha yang mengakses pendanaan melalui SCF, tidak terbatas pada PT.