close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kabid Festival Film Internasional Badan Perfilman Indonesia Dimas Jayasrana (kedua kanan) didampingi CEO Red and White China Gandhi Priambodo (kanan) dan Deputi Pemasaran Badan Ekonomi Kreatif Joshua PM Simandjuntak (kedua kiri) menjawab pertanyaan para p
icon caption
Kabid Festival Film Internasional Badan Perfilman Indonesia Dimas Jayasrana (kedua kanan) didampingi CEO Red and White China Gandhi Priambodo (kanan) dan Deputi Pemasaran Badan Ekonomi Kreatif Joshua PM Simandjuntak (kedua kiri) menjawab pertanyaan para p
Bisnis
Senin, 08 Oktober 2018 22:05

Bekraf dorong pelaku kreatif dapat keuntungan hingga pensiun

Keuntungan industri kreatif didapat dari penjualan Intellectual Property (IP). Penjualan IP bisa melalui jual putus, lisensi, dan franchise
swipe

Pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) akan membantu melakukan perluasan pasar produk industri kreatif, melalui program Katapel 2018. 

Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf, Boni Pudjianto, mengutarakan pihaknya tengah memformulasikan industri kreatif seperti animasi, film, komik, dan games ke depannya. Hal itu dilakukan guna para insan kreatif bisa mendapat keuntungan hingga masa penisun sebagai kreator. 

"Keuntungan industri kreatif ini akan didapat dari hasil penjualan Intellectual Property (IP). Penjualan IP bisa melalui tiga cara yaitu jual putus, jual lisensi, dan jual franchise. Penjualan IP memiliki potensi daya jual yang cukup tinggi," ujar Boni saat melakukan pengenalan program Katapel di Djakarta Theater XXI, Senin (8/10). 

Melalui program Katapel ini, Boni berharap agar para kreator mampu meningkatkan kualitas karyanya. Katapel merupakan program yang diinisasi Bekraf untuk menjembatani para pelaku kreatif atau pemilik IP dengan para ahli di bidang pemasaran lisensi IP. 

Gelaran ini dimaksudkan untuk membangun ekosistem yang berkelanjutan dalam mengembangkan berbagai IP lokal, serta memperkuat nilai jual di dalam dan luar negeri. 

Bekraf menggandeng Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (Ainaki) untuk memperkenalkan program Katapel. Dari peluncuran program ini, ada 50 peserta Intellectual Property (IP) yang berkesempatan mengikuti kursus selama 6 hari.

Kursus eksklusif tersebut akan dimentori narasumber ahli di bidang pemasaran lisensi IP untuk membuat strategi komersialisasi dan distribusi IP, sehingga nantinya dapat memiliki nilai jual lisensi yang tinggi, serta kesempatan mendapatkan mentoring khusus dan pameran dagang berskala internasional. 

"Diharapkan para peserta dapat membuat strategi komersial dan distribusi IP agar dapat memiliki nilai jual lisensi yang tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri," kata Boni. 

Untuk mengikuti program kursus kilat Katapel selama 6 hari, sudah mulai bisa didaftar pada hari ini hingga 17 Oktober 2018 melalui website www.katapel.id. Selanjutnya, peserta bakal menjalani tahap seleksi pertama. 

Untuk mengikuti kursus kilat atau workshop tersebut, para peserta tidak dipungut biaya. Bekraf sebagai fasilitator program mengimbau kepada pelaku animasi di daerah untuk turut serta dalam program Katapel tersebut. 

"Ini free of charge sayang sekali kalau (di daerah) nggak ikut," imbaunya.

Keuntungan ekonomi kreatif di Indonesia masih minim

Dalam kesempatan yang sama, South East Asia (SEA) Business Director Medialink Animation International Limited, Bambang Sutedja, menyampaikan market lisensi dari industri animasi yang telah digapai oleh Indonesia baru berkisar 30% dari US$10,4 miliar se-Asia Tenggara.

"Kalau kita melihat 10,4 bilion dolar AS sekarang, maka ini bisa kita lihat bahwa Indonesia, feelingnya ini bukan berdasarkan data akurat saya, tidak mungkin akan kurang dari 30% untuk Indonesia sendiri. Hopefully bisa membantu (meningkat melalui program Katapel)," ujarnya. 

Bambang Sutedja kembali menjelaskan, untuk memasarkan ekonomi kreatif dalam bentuk animasi di Indonesia sendiri masih minim. Tapi, menurut dia, market Indonesia masih mendominasi dalam skala Asia Tenggara. 

Sebagai gambaran kata dia, jika hanya berbicara dalam lingkup se-Asia Tenggara, karateker Indonesia tetap nomer satu. Persoalannya, butuh upaya yang ekstra supaya bisa menemukan pangsa pasarnya. 

"Kalau kita bicara Asia Tenggara, dimanapun, entah apapun karakternya, Indonesia tetap nomor satu. Karena potensi konsumsinya tetap nomor satu, ini berbicara lisensi revenuenya. Ketika market global mau masuk market Asia Pasific, nomr satu adalah China, nomor dua adalah Indonesia," ujarnya. 

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan