close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi. Foto Pixabay.
Bisnis
Sabtu, 13 Februari 2021 23:24

Beli saham startup, jangan berharap dari dividen

Masih banyak startup yang belum menikmati keuntungan.
swipe

Kabar penawaran umum perdana saham alias IPO dua perusahaan rintisan Indonesia, Tokopedia dan Gojek santer berembus. Jika rencana tersebut terealisasi, maka akan menjadi unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bhima Yudhistira Adhinegara, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan saham kedua perusahaan tersebut akan diserbu milenial. Kaum ini menyumbang kenaikan jumlah investor baru di pasar saham. 

BEI mencatat, jumlah investor baru di sepanjang 2020 tumbuh 53,47% dari total jumlah investor pada 2019. Jumlah investor saham pada akhir 2020 mencapai 1.695.268 Single Investor Identification (SID). Kaum milenial dengan rentang usia 18-30 tahun mencapai 411.480 SID atau 70% dari total investor baru tahun 2020.

Sementara data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga 30 Desember 2020 mencatat terdapat total 3,88 juta investor. Dari jumlah itu, sebanyak 54,8% adalah investor milenial, di bawah 30 tahun.

Di sisi lain, milenial merupakan pengguna platform Gojek dan Tokopedia. 

"Ini menjadi salah satu hal yang positif," ujar Bhima, saat berbincang dengan Alinea.id, Kamis (4/2). 

Namun, menurutnya, investor tak bisa mengincar pembagian dividen dari emiten ini. Pasalnya, masih banyak startup yang belum menikmati keuntungan lantaran menerapkan strategi bisnis "bakar uang". 

"Jangan sampai saham startup menjadi bahan gorengan karena model bisnisnya memang benar-benar berbeda dibandingkan perusahaan konvensional," ujarnya. 

Menurut Bhima, investor bisa mengantongi keuntungan atau capital gain dari selisih harga IPO dengan di pasar sekunder.

IPO Gojek dan Tokopedia menyita perhatian publik. Keduanya memiliki valuasi jumbo, yakni Gojek besutan Nadiem Makarim diperkirakan bernilai lebih dari US$10 miliar dan Tokopedia yang diprakarsai William Tanuwijaya sekitar US$7 miliar.

Belum lagi jika keduanya melakukan merger, entitas gabungan itu semakin membesar. Bahkan jika dilihat dari nilai pasar, entitas baru itu nantinya akan masuk ke dalam daftar 10 besar perusahaan Indonesia dan menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di Asia Tenggara.

img
Qonita Azzahra
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan