Gempa bumi 5,8 Skala Richter (SR) yang terjadi pada Minggu (17/3) di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) belum mempengaruhi tingkat hunian dan kegiatan hotel di kota ini. Istimewa
Ketua Asosiasi Hotel Mataram Ernanda D Agung mengatakan rata-rata tingkat hunian hotel di Kota Mataram pada Januari-Februari 2019 masih berada sekitar 30%. Meskipun demikian, dia mengakui okupansi ini turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar 57%.
"Namun dengan melihat adanya peningkatan kunjungan di awal bulan Maret, kami optimistis kondisi pariwisata di Mataram bisa segera bangkit dan pulih," ujar dia, Senin (18/3).
Ernanda juga mengatakan asosiasi belum menerima adanya laporan mengenai dampak gempa bumi seperti tamu yang membatalkan pesanan hotel. Menurut dia, pusat gempa cukup jauh dari Kota Mataram yakni di Kabupaten Lombok Timur.
"Jadi, kondisi pariwisata Mataram sampai sekarang masih aman untuk dikunjungi. Ini khusus saya bicara pariwisata Mataram," katanya.
Di sisi lain, dia mengatakan, untuk memulihkan pariwisata Kota Mataram, dibutuhkan perhatian Pemerintah Kota Mataram terutama pada industri hotel. Pasalnya, setiap hotel memiliki beban operasional.
"Salah satunya yang perlu diperhatikan adalah pengurangan pembayaran pajak atau tax holiday, agar bisnis perhotelan tidak terlalu banyak menanggung beban," katanya.
Permintaan di Bali melonjak
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memprediksi pasokan dan permintaan hotel di Bali akan mengalami peningkatan pada tahun ini seiring dengan membaiknya perekonomian, khususnya pada sektor pariwisata.
"Membaiknya permintaan terutama dipicu oleh membaiknya perekonomian secara keseluruhan pasca-erupsi Gunung Agung," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar.
Menurut dia, pencabutan aturan pegawai negeri sipil untuk menggelar rapat di hotel juga diperkirakan akan kembali menggairahkan industri perhotelan di Pulau Dewata.
BI Perwakilan Bali mencatat pasokan perhotelan di Bali pada triwulan IV-2018 meningkat 3% (qtq) atau 5,8% (yoy) yang disumbang dari pembangunan hotel di daerah Nusa Dua, Kabupaten Badung.
Pasokan kamar hotel didominasi oleh hotel bintang 4 (45,64%), hotel bintang 5 (37,89%) dan bintang 3 (16,47%). Sementara, dari sisi permintaan, tingkat hunian pada triwulan IV-2018 sebesar 76,72%, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya 54,59%. Namun, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 78,16%.
Dia mengatakan penurunan permintaan secara triwulan lebih disebabkan karena periode laporan bukan merupakan liburan musim panas di AS dan Eropa.
"Hasil survei juga menunjukkan adanya indikasi penurunan yang bersumber dari praktik zero dollar tourism wisatawan Tiongkok, karena seluruh penyediaan paket tour (termasuk akomodasi) menggunakan perusahaan Tiongkok," katanya.
Tetapi dengan penertiban yang telah dilaksanakan pemerintah daerah, pihaknya memperkirakan akan mengakselerasi kembali kinerja hotel.
"Selain mengenai survei perhotelan yang termasuk dalam survei perkembangan properti komersial, kami setiap tahun melaksanakan 12 survei untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi ke depan," ucapnya.
Selanjutnya hasil survei diseminasikan agar bisa memberikan manfaat yang besar bagi para pemangku kepentingan terkait di Provinsi Bali, seperti pelaku usaha properti, pariwisata, dan perdagangan eceran. (Ant)