close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi beras. Foto Freepik.
icon caption
Ilustrasi beras. Foto Freepik.
Bisnis - Pangan
Selasa, 14 Januari 2025 21:10

Beras premium terancam "hilang" dari supermarket dalam waktu dekat

Beras premium akan hilang dari supermarket dan dipenuhi oleh beras SPHP milik Bulog serta beras khusus.
swipe

Berbagai merek beras premium terancam hilang dari ritel modern dan supermarket menyusul kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP). Pasar modern akan dipenuhi oleh beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) milik Bulog dan beras khusus. 

Kenaikan HPP tidak disertai oleh naiknya harga eceran tertinggi (HET) sehingga berujung menyebabkan merek beras premium hilang di pasar modern. 

Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional, Senin (13/1), menaikkan HPP dari Rp6.000 per kilogram (kg) menjadi Rp6.500 per kg gabah kering panen di tingkat petani. Sedangkan gabah kering panen di penggilingan naik dari Rp6.100 per kg menjadi Rp6.700 per kg. Untuk pembelian beras di gudang Bulog naik dari Rp11.000 per kg menjadi Rp12.000 per kg dengan kualitas derajat sosoh 100%, dan maksimal kadar air, butir patah dan menir masing-masing sebesar 14%, 25% dan 2%.  

Pengamat Pertanian Khudori mengatakan kenaikan HPP gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) antara 8,3% hingga 10,8% adalah langkah untuk menjaga agar petani tetap mendapatkan insentif ekonomi yang memadai. Langkah ini sekaligus sebagai wujud upaya untuk menjaga kegairahan petani dalam mengusahakan padi. 

Namun, kenaikan HPP gabah dan beras pengadaan Bulog tanpa disertai kenaikan HET beras medium dan premium. "Kebijakan ini bisa dibaca sebagai cara pemerintah untuk memberi peluang kepada Bulog memaksimalkan pengadaan gabah atau beras dari produksi domestik," ujar Khudori kepada Alinea.id, Selasa (14/2).

"Produksi beras diperkirakan melimpah pada Maret hingga Mei 2025 nanti. Bahkan bisa sampai Juni. Ini periode terbaik bagi Bulog menyerap gabah atau beras," lanjutnya. 

Menurutnya, langkah ini dilakukan pemerintah lantaran berencana menstop impor beras tahun ini. Artinya, tidak akan ada penugasan impor beras kepada Bulog seperti dua tahun terakhir. Tahun 2023 impor beras Bulog mencapai 3,06 juta ton dan tahun 2024 mencapai sekitar 3,5 juta ton. Karena tidak ada impor, Bulog harus memaksimalkan penyerapan produksi domestik.

"Ketika penyerapan gabah atau beras Bulog dinilai memadai, boleh jadi, pada saat itulah pemerintah akan memberlakukan HET beras yang baru. Karena tidak masuk diakal menaikkan HPP tanpa diikuti kenaikan HET. Gabah adalah input produk beras. Ketika harga input atau bahan baku naik, harga output yaitu beras juga pasti naik," katanya. 

Bagi penggilingan padi, terutama penggilingan skala kecil, musim panen raya merupakan waktu untuk bekerja. Peluang besar untuk bisa mendapatkan gabah adalah di musim panen raya ini.

Namun karena HET beras tidak dinaikkan, setidaknya ada dua pilihan bagi penggilingan. Pertama, menjual beras sesuai HET beras tapi mengorbankan kualitas. Dan kedua, menjual beras sesuai kualitas tapi dengan harga di atas HET.

"Peluang itu ada di pasar tradisional. Selama ini, meskipun ada ketentuan HET, pasar tradisional tidak pernah patuh. Dan tak pernah ditindak juga," imbuhnya. 

Nah, penggilingan di bawah Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) mau tidak mau harus bekerja dan menjadi mitra Bulog demi perputaran stok cepat.

"Mungkin karena itu, pengurus Perpadi diundang tatkala pemerintah membahas kapan HPP baru ini akan efektif berlaku. Intinya, swasta "dipaksa" dulu bekerja untuk memenuhi stok Bulog. Ini agar tidak ada rebutan gabah atau beras di pasar. Ujung akhirnya harga juga tidak akan melompat-lompat," katanya. 

Beras merek premium hilang

Khudori memprediksi kebijakan ini akan menyebabkan menghilangnya berbagai merek beras premium di pasar modern. Kemungkinan itu terjadi perlahan karena beras produk lama dari gabah dengan harga lama masih beredar di pasar.

"Jika dugaan ini benar adanya, situasi yang terjadi pada Maret hingga April tahun 2024 bakal berulang: beras premium aneka merek akan menghilang dari supermarket dan ritel modern. Yang merajai adalah beras SPHP milik Bulog dan beras khusus. Beras khusus tak diatur HET," tuturnya.

Meski raib di supermarket, dia bilang, konsumen masih bisa membeli beras tersebut di pasar tradisional. Menurutnya, beras premium aneka merek masih bisa ditemukan, seperti yang terjadi di tahun lalu. Tapi, harganya berpeluang di atas HET.

Dengan intervensi pemerintah, menurut Khudori, pengadaan beras Bulog harus membaik. "Jika tidak, berarti ada sesuatu. Nah, sesuatu ini perlu dipastikan apa. Agar pemerintah bisa mengambil kebijakan yang tepat berdasarkan bukti-bukti di lapangan (evidence-based policy)," katanya. 

Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mengatakan data dari Asosiasi Perberasan dan Teknologi Tanah Indonesia (AP2TI) menunjukkan pada musim panen raya 2022, harga rata-rata gabah di tingkat petani mencapai Rp4.195 per kg. Setelah kenaikan HPP pada 2023 menjadi Rp5.000 per kg, harga gabah meningkat menjadi Rp5.302 kg. Pada 2024, ketika HPP kembali dinaikkan ke Rp6.000 per kg, harga gabah melonjak menjadi Rp6.440 per kg saat panen raya.

“Dengan pola serupa, kenaikan HPP tahun ini diharapkan dapat mendorong harga gabah di tingkat petani mencapai kisaran Rp6.800 per kg hingga Rp7.000 per kg. Jika ini tercapai, pendapatan petani akan meningkat, dan mereka memiliki insentif lebih untuk meningkatkan produksi,” jelas Dwi Andreas, kepada Alinea.id, Senin (13/1).

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan