Upaya PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) memitigasi pasar, termasuk melakukan diversifikasi usaha dinilai membuahkan hasil manis. Terbukti melalui strategi tersebut, di 2021 PKT berhasil mencatatkan laba setelah pajak senilai Rp6,17 triliun atau tertinggi sepanjang sejarah, dengan kinerja produksi yang juga terus mengalami peningkatan signifikan
“Saat ini, PKT berada dalam fase pertumbuhan kedua dengan fokus perusahaan pada pertumbuhan yang berkelanjutan. Tidak dipungkiri, pandemi masih memberikan dampak bagi kondisi ekonomi dan pasar yang dinamis selama 2021,” ujar Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi.
Menurutnya, PKT terus menerapkan strategi inovasi bernilai tambah yang berbasis risiko, termasuk melalui diversifikasi usaha. Melalui langkah strategis yang didukung pengelolaan risiko dan operasional yang baik, PKT mampu menghadapi tantangan dan menjadikannya peluang yang memberikan keuntungan optimal bagi perusahaan.
Lebih lanjut, strategi diversifikasi usaha yang dilakukan PKT juga tidak hanya terfokus pada potensi bisnis, melainkan juga berbasis pada energi terbarukan. Hal ini dilakukan seiring dengan komitmen perusahaan untuk memimpin transformasi industri petrokimia menjadi industri hijau.
“Saat ini, berbekal kapabilitas perusahaan dalam hal produksi dan teknologi, PKT tengah bertransformasi menjadi pelaku industri petrokimia yang berorientasi pada efisiensi energi dan diversifikasi usaha,” ujar Direktur Operasi dan Produksi PKT, Hanggara Patrianta.
Salah satu yang menjadi fokus perusahaan yaitu pengembangan komoditas bisnis baru dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular dan memanfaatkan emisi produksi, seperti pengembangan soda ash yang diolah dari bahan baku amoniak dan CO2 yang dihasilkan dari proses produksi pupuk PKT. Selain itu, dengan beralih kepada bahan baku energi terbarukan.
PKT juga dapat menjamin keberlanjutan perusahaan, yang tentunya berorientasi pada penerapan prinsip ESG.” Kedepannya dalam hal diversifikasi usaha dan ekspansi, PKT juga akan terus mengembangkan bisnis di sektor hilir petrokimia berbasis gas alam. Melalui hilirisasi, komoditas tersebut akan memiliki nilai tambah yang semakin tinggi, seperti hilirisasi amoniak yang dapat meningkatkan nilai tambah.
“PKT senantiasa berorientasi pada inovasi pengembangan produk, dengan menganalisa kebutuhan pasar dan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, serta tetap menekan konsumsi energi. PKT juga tengah berekspansi pada produk turunan gas lainnya, seperti produksi methanol,” tambah Hanggara.
Saat ini PKT telah memiliki roadmap ESG (Environmental, Social, and Governance) yang berfokus pada pilar keberlanjutan dengan mengusung nilai pertanian berkelanjutan, sirkuler ekonomi, pemberdayaan, dan governance. Melalui roadmap tersebut, perusahaan optimistis dapat menciptakan nilai tambah yang signifikan dan berkesinambungan antara perusahaan, lingkungan, dan masyarakat.
PKT juga akan terus fokus pada penerapan konsep CSV (Creating Shared Value) dalam pemberdayaan masyarakat Bontang dan Indonesia Timur. “Melalui growth strategy dan roadmap ESG yang solid, serta didukung oleh capaian kinerja positif perusahaan dan kapasitas perusahaan dalam hal produksi, kami optimis dapat menjamin keberlanjutan perusahaan.
Mampu mendominasi pasar Asia Pasifik pada 5 tahun ke depan. Selain itu, kedepannya PKT akan terus memaksimalkan peran strategisnya mengingat peran vital pelaku industri pupuk bagi ketahanan pangan dan katalisator ekonomi,” tutup Rahmad.