close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
Bisnis
Selasa, 07 November 2023 18:48

Berlomba gaet Gen Z, ini strategi yang dilakukan perbankan

Kemudahan transaksi digital menjadi poin penting bagi Gen Z.
swipe

Meski masih berstatus mahasiswa dan belum bekerja, Dian (21) sudah berencana untuk rajin menabung dan berinvestasi saat dirinya sudah menapaki dunia kerja. Ia bahkan sudah merencanakan untuk membagi pendapatannya dalam beberapa pos agar tidak boros.

“Saya akan menerapkan 50/30/20. Di mana 50% dari gaji saya untuk kebutuhan pokok, 30% untuk gaya hidup dan 20% untuk tabungan atau investasi setiap bulannya. Berapapun gaji saya, saya akan menerapkan prinsip gaya hidup tidak lebih besar daripada kebutuhan pokok dan tabungan,” ujarnya saat berbincang dengan Alinea.id, Senin (6/11).

Dengan begitu, kata dia, pengeluaran lebih teratur dan bisa mulai menyimpan dana untuk masa tua. ”Kalau untuk jangka pendek pastinya menabung di bank jadi pilihan yang tepat, karena transaksi mudah dengan adanya ATM bisa diambil kapan saja apabila ada keperluan darurat. Sedangkan untuk jangka panjang, saya pilih investasi, karena hasilnya pun lebih besar dan menjamin dibandingkan menabung,” bebernya.

Ia berencana untuk menginvestasikan uangnya ke instrumen emas dan perhiasan berlian. Menurutnya, selain harganya naik seiring perkembangan zaman, aset ini juga lebih aman dan berisiko rendah.

Dian menjadi salah satu potret generasi Z yang akan mendominasi jumlah populasi di tanah air. Namun, generasi Z atau gen Z dikenal sebagai sumber daya manusia produktif yang kerap kali dinilai tidak bisa mengatur keuangannya. Berdalih self reward atau menghabiskan uang sebagai penghargaan terhadap diri sendiri namun justru mengarah ke gaya hidup boros. Tak heran bila gen Z dinilai selalu menghabiskan uang hanya untuk keinginan semata, tanpa memperhitungkan pengeluaran dan tanggung jawab apa yang harus dibayar.

Namun demikian, Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah menilai stigma gen Z yang boros tersebut bukan karena masalah kurangnya literasi. Namun memang sebatas penghasilannya yang belum maksimal karena baru menapaki dunia kerja.  Dia menambahkan saat ini jumlah Gen Z dan milenial lebih mendominasi daripada baby boomers dan gen X. Meski jumlahnya banyak namun mereka belum berada di posisi karier yang tinggi. 

“Milenial baru mulai kerja, gen Z juga baru mulai kerja jadi peran mereka dalam ekonomi di individunya itu masih terbatas, tapi karena jumlah mereka itu bisa dikatakan 3 banding 1 maka secara keseluruhan peran  dari gen Z dan milenial itu jauh lebih besar dari baby boomers dan gen X,” bebernya kepada Alinea.id, Selasa (7/11).

Lebih lanjut, dia menilai literasi yang harus dipahami gen Z dan milenial adalah instrumen keuangan yang belum dipahami mereka. Misalnya produk-produk tabungan maupun investasi yang belum dipahami oleh gen Z.

“Investasi itu kan ada di sektor keuangan dan juga investasi di sektor riil, kalau di sektor riil itu kan bisa dengan membuat cafe, lalu kalau keuangan bisa dengan investasi SUN (Surat Utang Negara), ” tambahnya.

Ilustrasi Pixabay.com.

Dia menilai investasi paling sederhana yang bisa dilakukan kelompok masyarakat ini bisa diawali dengan menabung. Langkah ini menjadi awal mulai untuk mengumpulkan modal dan selanjutnya diinvestasikan. Sayangnya, Piter mengakui era hidup gen Z dan baby boomers sangat berbeda. Di mana baby boomers umumnya adalah orang yang kurang mampu sehingga terbiasa dengan hidup yang sederhana. Sementara gen Z dan milenial rata-rata hidup dengan orang tua kalangan menengah yang mampu.

“Tentu ini yang mempengaruhi perbedaan gaya hidup gen Z dan baby boomers. Gen Z dan milenial adalah orang-orang yang lebih mengutamakan experience, ada istilah FOMO (fear of missing out), mereka tidak mau ketinggalan tren, jadi mereka lebih terdorong dengan sesuatu yang konsumtif. Gaya hidup inilah yang membuat gen Z lebih sedikit dalam menabung,” jelasnya.

Selain itu, terlihat ada generation gap lain yakni generasi Z yang cenderung lebih dinamis, kreatif, melek teknologi dan pragmatis. Berbeda dengan baby boomers dan gen X yang  relatif lebih idealis dan konservatif, termasuk dalam pengelolaan keuangan.

Strategi perbankan

Sebagai pangsa pasar yang strategis, beberapa bank di tanah air pun mulai berlomba merebut hati gen Z. Bank BCA misalnya, selalu menginfokan produk yang benefit-nya sesuai dengan kebutuhan nasabah dari generasi Z.
“Seperti administrasi yang lebih ringan dan desain kartu yang modern serta kemudahan fasilitas bertransaksi online melalui e-channel seperti mobile banking dan internet banking,” kata seorang teller bank BCA, Sri Lestari kepada Alinea.id, Senin (6/11).

Harapannya, segala kemudahan yang ditawarkan oleh bank BCA tersebut akan memudahkan para nasabah milenial untuk melakukan transaksi. Terutama melalui smartphone yang mudah dibawa kemanapun.
“Perkembangan yang dilakukan oleh BCA sendiri yaitu bisa melakukan top up untuk dana e-commerce seperti Shopee dan media transaksi lain seperti Dana, Gopay, OVO dan lain-lain. Dengan mobile banking sekarang nasabah bisa juga melakukan top up kartu pembayaran elektronik seperti Flazz atau juga bisa pembelian tiket pesawat atau tiket nonton melalui fitur lifestyle yang ada di fasilitas e-channel seperti BCA  mobile atau MyBCA,” beber Sri.

Tidak hanya bank konvensional, bank syariah pun turut merancang jurus menggaet gen Z. Seperti dilakukan BCA Syariah dengan beberapa inovasi. Sekretaris Perusahaan PT Bank BCA Syariah Nadia Amalia Sekarsari mengatakan salah satunya dengan inovasi pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan model marjin berjenjang.

“Jadi lima tahun pertama sekian, 10 tahun sekian, karena KPR kita biasanya first home buyer yang range pendapatan berapa. Jadi lima tahun pertama rendah biar dia bisa beli dulu, setelah 5 tahun kan dia ada kenaikan pendapatan dan margin naik,” bebernya kepada Alinea.id, beberapa waktu lalu. 

Selain itu, BCA Syariah juga menawarkan transaksi digital termasuk untuk pembukaan rekening online yang diluncurkan bulan Juni lalu. “Selama 5 bulan dari Juni-September sudah sekitar 204.000 rekening baru dari online, cukup banyak sesuai segmennya,” tambahnya. 

Tak hanya itu, untuk menawarkan investasi kepada gen Z, BCA Syariah juga menyiapkan pembiayaan emas. Di mana inovasi ini baru dilakukan BCA Syariah dan belum dilakukan bank konvensional. Gen Z bisa mulai menabung emas yang pada saatnya nanti bisa ‘dicairkan’ untuk membeli rumah misalnya.

“Kita dorong untuk investasi logam mulia mulai dari 10 gram. Per gram Rp1 juta-an dia bisa cicil mulai Rp100.000-an selama 5 tahun. Ini bagus untuk anak-anak muda pengen investasi dana terbatas,” jelasnya.
 

img
Kartika Runiasari
Reporter
img
Ummu Hafifah
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan