Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan BI kemungkinan akan menerapkan kebijakan moneter yang longgar dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan untuk menarik investasi langsung yang bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
Dalam pernyataan resmi pertamanya sebagai orang nomor dua di bank sentral, Destry mengatakan stabilitas perekonomian domestik yang terjaga, akan mendukung BI terus melonggarkan kebijakan moneter baik melalui instrumen suku bunga acuan maupun likuiditas.
"Kami ingin mendorong investasi, kemarin sudah diturunkan GWM (Giro Wajib Minimum) Rupiah dan juga suku bunga. Nampaknya kita lihat 'easing monetary policy' (kebijakan moneter longgar) dalam jangka panjang," ujar Destry di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (7/8).
Destry akan menjalani pertemuan perdananya bersama Dewan Gubernur Bank Sentral pada Rabu malam ini.
Menurut mantan Kepala Ekonom Bank Mandiri ini, BI dinilai perlu untuk mempertahankan kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif. Pasalnya, mandat utama BI untuk menjaga stabilitas ekonomi sudah terpenuhi.
Parameter stabilitas yang terpenuhi itu antara lain inflasi nasional yang berada di titik tengah sasaran inflasi atau di bawah 3,5% secara tahunan (year on year/yoy). Begitu juga dengan risiko nilai tukar rupiah yang semakin mereda.
"Jadi berbagai macam bauran akan dilakukan oleh BI dan sejauh ini sudah dilakukan dengan baik," ujar dia.
Destry mengakui tekanan ekonomi global saat ini berpotensi meningkat karena imbas perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Destry memastikan BI akan selalu berjaga untuk stabilisasi harga instrumen keuangan di pasar. Pelaku pasar juga disarankan tidak panik, karena tekanan terhadap nilai tukar saat ini hanya bersifat sementara, apalagi fundamental ekonomi masih terjaga baik.
"Pasar tidak perlu panik sebab guncangan sifatnya sesaat, tapi tetap saja BI akan selalu berada di pasar untuk mewaspadai pergerakan atau instabilitas yang terjadi di sektor keuangan," ujar dia.
Bank Indonesia menerapkan kebijakan moneter yang akomodatif dengan pelonggaran GWM dan penurunan suku bunga acuan menjadi 5,75% pada Juli 2019 lalu. Dalam pernyataan terakhir terkait arah kebijakan ke depan, Gubernur BI Perry Warjiyo juga menegaskan peluang penurunan kembali suku bunga acuan masih terbuka dengan mempertimbangkan stabilitas eksternal atau kondisi neraca pembayaran Indonesia.