close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo ./AntaraFoto
icon caption
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo ./AntaraFoto
Bisnis
Kamis, 15 November 2018 15:17

BI: BI7DRR naik menjadi 6%

Kenaikan tersebut sebagai langkah lanjutan BI untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan.
swipe

Bank Indonesia memutuskan menaikkan BI7DRR sebesar 25 bps menjadi 6%. Suku bunga Deposit Facility juga naik sebesar 25 bps menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%. 

Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, kenaikan tersebut sebagai langkah lanjutan BI untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) dalam batas aman. 

"Kebijakan tersebut juga untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan," jelas Perry di kantornya, Kamis (15/11). 

Selain itu, Bank Indonesia menaikkan porsi pemenuhan giro wajib minimum (GWM) Rupiah Rerata, baik yang konvensional dan syariah, dari 2% menjadi 3%.  Serta, meningkatkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial/PLM (konvensional dan syariah) yang dapat direpokan ke Bank Indonesia dari 2% menjadi 4%, masing-masing dari dana pihak ketiga (DPK). 

"Ketentuan tersebut bisa digunakan underlying untuk repo Bank Indonesia. PLM bentuknya SBN, SBI, dan surat berharaga lain. Nah, dengan menaikkan porsi yang direpokan dari 2% jadi 4%," paparnya. 

Di kebijakan makroprudensial, Bank Indonesia juga mempertahankan rasio countercyclical capital buffer (CCB) sebesar 0% dan rasio intermediasi makroprudensial (RIM) pada target kisaran 80%-92%. 

Ke depan, Bank Indonesia akan mengoptimalkan bauran kebijakan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. 

Bank Indonesia juga akan memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal, termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga menurun menuju kisaran 2,5% PDB pada 2019. 

Bauran kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah diyakini akan dapat mengelola dampak perubahan ekonomi global sehingga perekonomian tetap berdaya tahan di tengah ketidakpastian global. "Pemerintah harus menempuh langkah untuk menurunkan CAD," tukas Perry.

Secara keseluruhan tahun 2018, defisit transaksi berjalan diprakirakan BI tetap berada di level yang aman, yakni di bawah 3% PDB. 

Menanggapi itu, Ekonom Indef Bhima Yudhistira, mengatakan, kebijakan menaikkan BI acuan cenderung membuat CAD melebar. "Artinya masalah CAD tidak bisa diselesaikan lewat utak atik bunga acuan," tutur dia saat dihubungi.

Ada faktor struktural yang seharusnya juga dibenahi. Misalnya di primary income, banyak perusahaan asing yang tidak mau menanamkan laba nya di indonesia. Mereka butuh insentif yang kongkrit seperti penurunan PPh badan dan PPN. Contoh lainnya adalah impor migas naik signifikan dari Januari-Oktober mencapai US$24.9 miliar. 

Itulah sebabnya, Bhima menegaskan, bunga acuan hanya temporer mencegah modal asing keluar. "Test nya desember nanti saat Fed naikan bunga. Seberapa kuat kita bisa menahan capital reversal," tutur dia.

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan