Awal pekan ini Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 4% dalam Rapat Dewan Gubernur BI periode 12-13 Oktober 2020.
Head of Economic Research Pefindo Fikri C. Permana memandang kebijakan BI untuk mempertahankan suku bunga dilakukan dengan hati-hati. Namun, dirinya melihat masih ada ruang yang sangat besar bagi BI untuk menurunkan suku bunga.
"Mungkin sampai akhir tahun inflasi hanya akan berada di 1,5% sampai 1,6%. Jadi masih ada spread. Itu bisa menjadi tabungan BI menurunkan tingkat suku bunga," kata dia, Kamis (15/10).
Dia memprediksi penurunan suku bunga ini bisa dilakukan di akhir tahun. Dengan demikian, likuiditas pada 2021 menjadi lebih baik, kredit bakal tumbuh, dan pertumbuhan ekonomi bisa didorong lebih cepat.
"Kami melihat kemungkinan masih akan ada penurunan suku bunga sekali lagi sebesar 25 bps (basis poin)," ujarnya.
Menurut Fikri, penurunan suku bunga ini bisa menjadi sentimen positif karena bisa mendorong turunnya yield surat utang korporasi. Namun, risk appetite investor yang belum kembali ke kondisi normal seperti saat sebelum pandemi menahan penurunan laju yield obligasi.
"Kami menunggu agar yield bisa turun, sehingga bisa menjadi salah satu pendorong penerbitan surat utang korporasi di sisa akhir tahun ini dan di 2021 mendatang," tuturnya.