Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit akan melambat di sepanjang 2020, menjadi 9% hingga 11%. Hal ini menyusul adanya revisi target pertumbuhan ekonomi 2020 di kisaran 5,0%-5,4%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perkiraan pertumbuhan kredit di tahun ini lebih lambat dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 10% hingga 12%.
"Kredit pada 2020 diperkirakan tumbuh dalam kisaran 9%-11%. Sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya pada kisaran 10-12% sejalan dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020," katanya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (20/2).
Direvisinya pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020, menyusul menguatnya ketidakpastian global yang dipantik oleh merebaknya coronavirus di China yang memengaruhi kondisi ekonomi global.
Sementara itu, pertumbuhan kredit pada 2021 diperkirakan kembali meningkat pada kisaran 10% hingga 12%, didorong oleh kenaikan pertumbuhan ekonomi.
Gejala global yang terjadi saat ini, seperti perang dagang, coronavirus, dan brexit membuat kondisi perekonomian global bergerak seperti huruf "V", namun hanya dalam waktu singkat.
"Kami sampaikan dampak pengaruhnya "V shape" akan turun kemudian akan terjadi recovery," ujarnya.
Pertumbuhan kredit pada Desember 2019 mengalami penurunan menjadi 6,08% (yoy), dibandingkan November 2019 yang sebesar 7,05% (yoy).
Sementara dana pihak ketiga (DPK) pada 2020 dan 2021 diperkirakan tumbuh dalam kisaran 8% hingga 10%. Setelah sebelumnya di Desember 2019 mencerminkan penurunan menjadi 6,54% (yoy), dibandingkan November 2019 yang sebesar 6,72% (yoy).
Namun demikian, Perry mengatakan stabilitas sistem keuangan masih tetap terjaga, meskipun fungsi intermediasi perbankan terus menjadi perhatian.
Stabilitas sistem keuangan tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan di Desember 2019 yang tinggi yakni 23,31%, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tetap rendah yakni 2,53% (gross) atau 1,18% (net).