Bank Indonesia (BI) memastikan stabilitas sistem keuangan bakal tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang stabil dan risiko kredit yang terkendali sepanjang kuartal I-2019.
Hal tersebut mengacu kepada catatan Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan per Februari 2019 yang terhitung tetap tinggi yakni 23,4% dan disertai rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yakni 2,6% (gross) atau 1,2% (net).
Sedangkan, dari fungsi intermediasinya, pertumbuhan kredit pada Februari 2019 tercatat 12,1% (yoy), stabil dibandingkan dengan pertumbuhan kredit Januari 2019 sebesar 12,0% (yoy).
Demikian pula dengan Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Februari 2019 tercatat mencapai 6,6%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan Januari 2019 sebesar 6,4%.
Selain itu, likuiditas perbankan terjaga, antara lain tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 22,3% pada Februari 2019.
Sementara itu, kinerja korporasi go public membaik tercermin dari peningkatan keuntungan dan kemampuan membayar kewajiban yang sejalan dengan peningkatan aktivitas.
"Ke depan, Bank Indonesia memandang pertumbuhan kredit akan terus berlanjut tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Hal ini mempertimbangkan siklus kredit yang berada di bawah level optimum di tengah prospek permintaan domestik yang meningkat," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (25/4).
Bank Indonesia memprakirakan kredit perbankan tetap tumbuh tinggi mendekati batas atas kisaran 10-12% (yoy) sedangkan DPK berpotensi tumbuh dalam kisaran 8-10%.
Sistem pembayaran terpelihara
Kelancaran sistem pembayaran juga diprediksi tetap terpelihara, baik dari sisi tunai maupun non tunai.
Pembayaran tunai bakal tumbuh positif, dengan Uang Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 5,6% (yoy) pada Maret 2019, sedangkan pembayaran non tunai secara konsisten terus meningkat.
Penggunaan ATM-debit, kartu kredit dan uang elektronik (UE) tumbuh 17,1% (yoy) pada Februari 2019, dan pertumbuhan UE adalah yang paling tinggi yang mencapai 77,6% (yoy).
Penggunaan ATM-debit mendominasi transaksi sistem pembayaran ritel dengan pangsa 94,8% dan pertumbuhan 16,6% (yoy).
Sementara itu, penggunaan UE di e-commerce terus meningkat di Februari 2019, didorong oleh pergeseran preferensi pembayaran dan preferensi atas barang yang dibeli via e-commerce.
"Kita bakal mendorong perluasan program elektronifikasi sistem pembayaran melalui penyaluran bansos, dana desa, moda transportasi, dan operasi keuangan Pemerintah sehingga dapat memperkuat peran sistem pembayaran dalam mendukung kegiatan ekonomi," katanya.
Selain itu, kecukupan pasokan uang kertas dan logam dalam pecahan dan jumlah yang memadai di seluruh Indonesia dipastikan terpenuhi dalam rangka menghadapi Ramadan/Idul Fitri 1440 H.