close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6%. (Antara Foto)
icon caption
Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6%. (Antara Foto)
Bisnis
Kamis, 21 Februari 2019 15:28

BI pertahankan suku bunga acuan di level 6%

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%.
swipe

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga deposit facility sebesar 5,25%, dan suku bunga lending facility sebesar 6,75%. 

“Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20-21 Februari memutuskan mempertahankan suku bunga acuan pada level 6%,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (21/2).

Perry mengatakan keputusan tersebut konsisten dengan upaya memperkuat stabilitas eksternal, khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik. 

Selain itu, Perry menuturkan, kebijakan ini diambil dengan memperhitungkan kondisi ekonomi di dalam negeri, maupun situasi ekonomi global. 

Adapun kondisi ekonomi Indonesia ditandai dengan beberapa hal. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,18% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal IV-2018. Pertumbuhan ini naik dibandingkan kuartal III-2018 sebesar 5,17%.

“Momentum pertumbuhan ekonomi tetap terjaga didukung oleh permintaan domestik.  Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat mencapai 5,18% (yoy) pada triwulan IV 2018, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,17% (yoy),” kata dia. 

Ke depan, kata Perry, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2019 tetap solid pada kisaran 5,0-5,4%, didukung permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga yang meningkat, serta investasi yang tetap kuat.

Kedua, inflasi tetap terkendali pada level 3,5%±1% (yoy). Pemerintah juga berkomitmen untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran sebesar 3,5% ±1%.

Ketiga, pada Januari 2019, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit US$1,16 miliar dipengaruhi permintaan global yang melambat di tengah permintaan domestik yang tetap kuat. Sementara, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2019 tercatat US$120,1 miliar, setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor.

Keempat, nilai tukar rupiah menguat sehingga menopang berlanjutnya stabilitas perekonomian. Rupiah pada triwulan IV-2018, secara point to point menguat sebesar 3,63% dibandingkan dengan level akhir triwulan III-2018.

“Penguatan rupiah ditopang Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mencatat surplus.

Sementara itu, Bank Indonesia memetakan kondisi ekonomi global saat ini sebagai penentu suku bunga acuan.

Saat ini, pertumbuhan ekonomi AS melambat dipengaruhi oleh terbatasnya stimulus fiskal, permasalahan struktural tenaga kerja, dan menurunnya keyakinan pelaku usaha. 

Selain itu, ekonomi Eropa juga melambat, antara lain dipengaruhi oleh berlanjutnya permasalahan struktural ekonomi dan keuangan, pelemahan ekspor dan dampak ketidakpastian penyelesaian masalah Brexit. 

Sementara itu, ekonomi China tumbuh melambat didorong melemahnya ekspor akibat ketegangan perdagangan dengan AS serta melambatnya permintaan domestik sebagai dampak proses deleveraging yang masih berlangsung. 

img
Cantika Adinda Putri Noveria
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan