Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sepanjang tahun 2019 akan mencapai 2,7% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan perkiraan tersebut didorong oleh kenaikan defisit neraca perdagangan pada November yang mencapai US$1,33 miliar. Namun, kata Perry, defisit tersebut masih sesuai perkiraan. Pasalnya, setiap kuartal keempat memang akan ada kenaikan impor barang konsumsi karena menjelang perayaan Natal dan tahun baru.
"Untuk keseluruhan tahun CAD sekitar 2,7%. Di kuartal IV-2019 pola musimannya memang itu akan meningkat. Sudah sesuai perkiraan," katanya di Gedung BI, Kamis, (18/12).
Meski demikian, Perry mengatakan CAD ini masih terkendali. Hal ini tercermin dari Neraca Pembayaran Indonesia yang masih surplus. Aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik pada Oktober hingga November 2019 tercatat sebesar US$6,20 miliar.
Nilainya lebih besar dari aliran modal asing yang masuk pada kuartal III-2019 yang hanya sebesar US$ 4,85 miliar. Di samping itu, cadangan devisa pada akhir November 2019 juga masih tinggi sebesar US$126,6 miliar.
Nilai tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa juga berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
"Jadi meskipun defisit transaksi berjalan di kuartal IV naik, surplus dari transaksi modal naik lebih besar. Sehingga secara keseluruhan balance of payment (BOP) di kuartal IV-2019 itu juga akan masih mengalami surplus dan cadangan devisa akan meningkat," jelasnya.