Bank Indonesia memproyeksi inflasi bulan Juli sebesar 0,25% (month to month) akibat kenaikan harga telur ayam. Sementara pada minggu ke-4 Juli sebesar 0,13%.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan berdasarkan Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia, inflasi pada Juli 2018 ada kenaikan sedikit jika dibandingkan dengan rata-rata lebaran plus satu bulan di periode 2015 - 2017.
"Pada 2015-2017 lebaran plus satu bulan itu sebesar 0,39% untuk inflasi di tahun 2015, dan rata-rata terendah itu deflasi 0,02% di tahun 2016," jelas Mirza, Jum'at (27/7).
Lebih lanjut Mirza menyampaikan, berdasarkan SPH BI, inflasi secara year-to-date (ytd) sebesar 2,15% dan secara year-on-year (yoy) sebesar 3,16%.
BI pun optimistis dengan melihat jumlah inflasi tersebut, sampai akhir tahun, inflasi Indonesia masih berada pada kisaran 3,5% plus minus 1%.
Secara rinci, berdasarkan pada SPH Bank Indonesia, inflasi dari minggu ke minggu di bulan Juli diantaranya, minggu pertama (0,13%), minggu kedua (0,23%), minggu ketiga (0,25%), dan minggu keempat (0,25%).
"Enggak berubah minggu ketiga dan minggu keempat. Dibandingkan Juni sudah turun, bulan Juni itu 0,29%. Secara yoy angka (inflasi), angka yang baik," terang Mirza.
Mirza pun menyampaikan, inflasi pada bulan Juli 2018 (mtm) masih dipengaruhi oleh teluar ayam (14%), daging ayam ras (6,9%), cabai rawit (19%).