close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (20/6)./AntaraFoto
icon caption
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur di kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (20/6)./AntaraFoto
Bisnis
Kamis, 20 Juni 2019 18:43

BI proyeksikan defisit transaksi berjalan 2019 dikisaran 2,5%-3%

Neraca pembayaran triwulan II-2019 juga diperkirakan tetap baik sehingga mampu menopang ketahanan eksternal Indonesia.
swipe

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan defisit transaksi berjalan 2019 berada pada kisaran 2,5%-3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau lebih rendah dibanding 2018 yang mencapai 2,98% dari PDB.

Selain itu, neraca pembayaran triwulan II-2019 juga diperkirakan tetap baik sehingga mampu menopang ketahanan eksternal Indonesia.

"Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Kamis (20/6).

Demikian pula dengan surplus transaksi modal dan finansial yang dinilai berpotensi lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Berlanjutnya aliran modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio, mendukung surplus transaksi modal dan finansial sejalan dengan prospek perekonomian nasional dan daya tarik investasi aset keuangan domestik yang tinggi.

Sementara itu, defisit transaksi berjalan triwulan II-2019 ini diperkirakan meningkat dipengaruhi kinerja ekspor barang dan jasa yang melambat, serta kebutuhan repatriasi deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri yang meningkat sesuai pola musimannya. 

"Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2019 tercatat sebesar US$120,3 miliar setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor," tuturnya.

Optimisme tersebut, sejalan dengan kelancaran sistem pembayaran Indonesia yang tercatat tetap terjaga baik dari sisi tunai maupun nontunai.

Di sisi pembayaran tunai, Uang Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 19,3% (yoy) mencapai Rp850,2 triliun, sesuai dengan pola musimannya terkait kebutuhan uang selama Ramadan/Idulfitri 2019. 

Sedangkan, di sisi pembayaran nontunai, total transaksi menggunakan ATM-Debit, Kartu Kredit dan Uang Elektronik (UE) juga tumbuh 12,6% (yoy), dengan pertumbuhan transaksi UE yang meningkat tinggi yakni 218,3% (yoy). 

"Peningkatan UE tersebut utamanya terkait dengan penggunaan UE nonbank dalam transaksi e-commerce. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mendorong perluasan program elektronifikasi, khususnya untuk penyaluran bantuan sosial (Bansos), integrasi moda transportasi, dan transaksi Pemda sebagai upaya peningkatan efisiensi dan peningkatan kapasitas ekonomi," tuturnya.

Menurutnya, Bank Indonesia akan mendorong percepatan transformasi digital untuk ekonomi Indonesia melalui implementasi visi baru Sistem Pembayaran Indonesia 2025. 

Bank Indonesia juga terus meningkatkan program peningkatan kualitas UMKM agar mampu menghasilkan produk berkualitas, mampu mengikuti perkembangan digital khususnya penggunaan e-commerce, digital payment dan digital financing, dan memperluas akses ekspor UMKM.    

img
Soraya Novika
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan