Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis perdagangan nilai tukar rupiah pada Rabu (6/5), akan ditutup di bawah Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Keyakinan tersebut dikarenakan munculnya sinyal positif oleh berita-berita yang beredar. Pertama, katanya, mulai berlangsungnya kegiatan ekonomi di sejumlah wilayah di AS dan Eropa yang memicu penguatan rupiah di level Rp15.030.
Sinyal positif juga datang dari pernyataan Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed), yang menyebutkan bahwa ekonomi AS akan membaik di semester II-2020, meskipun pada semester ini ekonomi negara itu akan mengalami kontraksi yang sangat dalam.
"Pernyataan-pernyataan itu membawa faktor positif. Harga minyak yang juga kemudian meningkat, itu adalah faktor-faktor positif," katanya dalam video conference, Rabu (6/5).
Penguatan rupiah juga didorong oleh beberapa faktor dalam negeri. Yakni, laju inflasi yang terjaga rendah di bawah 2,67%. Lalu, defisit transaksi berjalan yang semula diperkirakan 2,5% hingga 3% dari produk domestik bruto (PDB), saat ini diperkirakan di level 1,5% dari PDB pada kuartal pertama 2020.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada tengah pekan ini bergerak melemah seiring beragam sentimen bagi aset berisiko.
Pada Rabu pukul 9.43 WIB, rupiah melemah 44 poin atau 0,29% menjadi Rp15.124 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.080 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan sentimen pasar beragam hari ini yang terlihat dari harga aset-aset berisiko ada yang bergerak positif dan ada yang tertekan.
"Tekanan ke aset berisiko karena pasar masih khawatir mengenai dampak negatif Covid-19 terhadap ekonomi global," ujarnya.
Menurut Ariston, pasar juga mengkhawatirkan peningkatan wabah pascapelonggaran penguncian wilayah atau lockdown. Selain itu, ketegangan antara AS dan China juga menjadi kekhawatiran pasar karena bisa memicu perang dagang baru.
Sementara itu, Ariston sepakat, sentimen positif datang dari kembali menguatnya harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang sudah di atas US$20 per barel dipicu dimulainya pemangkasan produksi. Pasar juga menyambut positif pelonggaran lockdown karena ekonomi akan aktif kembali.
"Dengan dua sentimen yang tarik menarik ini, rupiah mungkin bergerak tidak terlalu jauh dari penutupan kemarin," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp15.000 per dolar AS sampai Rp15.150 per dolar AS. (Ant)