Revisi inflasi tahun ini didasarkan pada survei pemantauan harga (SPH) BI pada pekan pertama November 2018. Inflasi bulan ini mencapai 0,16%month-to-month (mom).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, inflasi sejak awal tahun (year-to-date/ytd) hingga November mencapai 2,39%. Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 3,12%.
"Itu berdasarkan survei pemantauan harga BI pada 1 November ini," jelas Perry di kantornya, Jumat (9/11).
Menurutnya, sejumlah penyumbang inflasi antara lain berasal dari komoditas bawang merah, beras, bensin, dan perhiasan emas. Sementara penyumbang deflasi berasal dari ayam ras dan juga sayur-sayuran.
Melihat angka inflasi tersebut, lanjut Perry, inflasi akan lebih rendah lagi dari perkiraan BI semula, yakni 3,2% (yoy).
"Sehingga ini juga akan mendorong, bahwa tekanan inflasi 2019 juga lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. (Pada) 2019 sebelumnya diperkirakan 3,6% menjadi 3,5%," tutur Perry.
Perkiraan inflasi pada 2019 tersebut sudah memperhitungkan dengan adanya pesta demokrasi pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan legislatif (Pileg).
"Sudah dipertimbangkan juga pertumbuhan ekonomi 2019, sudah kami komunikasikann 5,1%-5,5%. Kami juga mempertimbangkan current account deficit (CAD) 2,5% dari PDB. Pertimbangan itu kemudian perkiraan inflasi 2019 yang sudah saya sampaikan," imbuhnya.
Selain itu, kata dia, Pemilu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya pada sektor konsumsi, baik itu konsumsi lembaga maupun non rumah tangga.