Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo melihat, nilai tukar rupiah masih berpotensi melakukan penguatan hingga akhir tahun ini. Menurutnya nilai tukar rupiah secara fundamental saat ini masih undervalue.
"Kami melihat nilai tukar rupiah masih berpotensi untuk menguat, karena level sekarang secara fundamental masih undervalue," kata Perry dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Jakarta, Kamis (12/11).
Potensi penguatan tersebut, didorong dengan melihat inflasi yang rendah, transaksi berjalan yang defisitnya rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi dan premi risiko Indonesia yang menurun.
Dengan berbagai kebijakan stabilisasi yang dilakukan BI, nilai tukar rupiah bergerak stabil dan cenderung menguat. Perry melanjutkan selama pandemi, rupiah memang pernah mencapai puncak terendah pada 23 Maret di level Rp16.575 per US$.
Namun, sejak titik terendah tersebut, rupiah menguat signifikan 17,8%. Sehingga secara year-to-date (ytd), rupiah hanya melemah 1,2%.
Penguatan rupiah terjadi di November, didorong sentimen selesainya pemilu di Amerika Serikat. Adapun pada Kamis (12/11), kurs referensi JISDOR mencatat rupiah diperdagangkan pada level Rp14.187 per US$.
"BI akan terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah untuk mendukung ekonomi Indonesia," tutur dia.