Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia di triwulan III-2022 tercatat sebesar US$394,6 miliar. Angka ini menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar US$403,6 miliar. Dengan demikian secara tahunan, posisi ULN triwulan III-2022 mengalami kontraksi sebesar 7,0% yoy, artinya lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,9% yoy.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan, pendorong turunnya ULN adalah penurunan ULN sektor publik, baik sisi pemerintah maupun bank sentral, dan sektor swasta.
"Posisi ULN pemerintah di triwulan III-2022 sebesar US$182,3 miliar. Sedangkan triwulan lalu sebesar US$187,3 miliar," jelas Erwin dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (16/11).
ULN pemerintah secara tahunan mengalami kontraksi 11,3% yoy, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi di triwulan lalu yang sebesar 8,6% yoy. Penyebab turunnya ULN pemerintah ini karena perpindahan investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada SBN domestik, seiring meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global. Selain itu juga karena pelunasan beberapa pinjaman program dan proyek yang jatuh tempo pada periode laporan.
"ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah," ujar Erwin.
Kemudian untuk ULN swasta, tren penurunan masih berlanjut. Pada triwulan II-2022 tercatat ULN swasta sebesar US$207,7 miliar, sedangkan di triwulan III-2022 turun menjadi US$204,1 miliar. ULN swasta ini secara tahunan artinya terkontraksi 2,6% yoy, lebih dalam dari triwulan lalu sebesar 0,1%.
"Untuk ULN swasta menurun karena kontraksi ULN lembaga keuangan (financial corporation) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) masing-masing sebesar 4,5% yoy dan 2,1% yoy," lanjutnya.
Erwin merinci, berdasarkan sektor di ULN swasta, penurunan terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, pertambangan dan penggalian, pengadaan listrik, gas, uap/air, panas, dan udara dingin, serta industri pengolahan drngan pangsa mencapai 77,8% dari ULN swasta. ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,7% terhadap total ULN swasta.
"Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," tandas Erwin.
ULN Indonesia pada triwulan III-2022 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 30,1%, menurun dibandingkan dengan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 31,8%. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,4% dari total ULN.