Festival Edukasi BI (FesKaBi) 2021 digelar secara online melalui platform zoom meeting dan live streaming YouTube Bank Indonesia, pada Jum'at (8/10). Dengan mengusung tema “Yuk Optimalkan Upaya Agar Rupiah Berjaya”, tema tersebut diangkat sebagai salah satu upaya untuk mendorong generasi muda untuk turut berkontribusi di pasar keuangan Indonesia, membangun negeri dengan menjadi investor di negeri sendiri.
Analis dari Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia Ni Wayan Aristiani, menjelaskan peran pasar keuangan dalam membangun sebuah ekonomi. Ni Wayan menjelaskan pasar keuangan ini adalah pasar, yang memperdagangkan instrumen-instrumen keuangan. Di mana instrumen keuangan ini yang menjembatani antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan yang kekurangan dana. Tentunya, melalui pelaku ekonomi, seperti pemerintah, korporasi, rumah tangga atau masyarakat. Ketika pelaku ekonomi ini membutuhkan pendanaan, di sini pasar keuangan dapat menjembatani kebutuhan tersebut.
“Salah satu contoh singkatnya, ketika pemerintah membutuhkan dana untuk pembangunan, pemerintah bisa menerbitkan instrumen keuangan, berupa surat berharga negara. Selanjutnya itu bisa dibeli oleh kita (sebagai investor domestik) dan nantinya digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Jadi pasar keuangan bisa support ekonomi,” jelas Ni Wayan Aristiani dalam webinar Festival Edukasi bank Indonesia (8/10).
Ni Wayan Aristiani juga menjelaskan bagaimana pasar keuangan ini mampu menjadi alternatif sumber pendanaan untuk mendorong pemulihan ekonomi. Dia menjelaskan sejak 2020, Indonesia mengalami pandemi, dan untuk penanganan pandemi ini, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dikarenakan pemerintah harus memperkuat fasilitas kesehatan, kemudian ada program vaksinasi. Tidak kalah penting juga untuk pemulihan ekonomi nasional.
"Pemerintah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Misalnya, tahun ini banyak sekali sektor yang sedang digenjot dan diberikan insentif. Banyak sekali insentif berupa bantuan sosial tunai untuk yang membutuhkan, misalkan saja insentif pajak. Untuk itulah dibutuhkan suatu alternatif. Salah satunya pemerintah menerbitkan yang namanya surat berharga negara. Nah inilah yang kemudian diperdagangkan di pasar keuangan,” katanya.
Selain itu, Ia juga menambahkan terkait obligasi ritel (ORI), di mana pemerintah menjaminnya. Dana yang dikumpulkan, akan dimanfaatkan untuk pembiayaan APBN di 2021. Salah satunya dalam pemulihan dampak akibat Covid-19.
Jadi menurut Ni Wayan Aristiani, pasar keuangan itu merupakan sumber dana untuk membantu pemerintah agar dapat menjalankan program pemulihan ekonomi nasional.
Dalam posisi tersebut, tentunya membutuhkan peran investor ritel dalam mendukung pembangunan negara.
“Kalau bicara peran investor ritel, sudah pasti sangat berperan penting. Kenapa? Karena ketika kita berinvestasi di negara sendiri, seperti membeli obligasi negara, ataupun membeli sesuatu yang diterbitkan oleh korporasi, seperti saham dan lain-lain, berarti kita sudah membantu pembiayaan pembangunan, atau membantu usaha yang ada di negeri ini untuk dapat memperluas lagi usahanya, sehingga membuat peluang atau kesempatan kerja yang banyak,” tegas Ni Wayan Aristiani
Ia juga mengungkapkan fakta yang menarik, bahwa semenjak pandemi ini, investor sudah banyak yang masuk ke pasar keuangan Indonesia. Data yang tercatat, sampai Agustus 2021 itu, sudah mencapai sekitar 6,1 juta investor ritel. Itu artinya, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk produktif di Indonesia yang sebanyak 190 juta, maka jumlah investor baru mencapai 3% saja.
"Bayangkan kalau 50% saja teredukasi dan bisa masuk ke pasar keuangan. Pasti investor ritel ini lebih bisa memberikan support pembangunan ekonomi Indonesia. Jadi jika kita mau mencapai cita-cita Indonesia Maju 2045, itu bukan hal yang mustahil, dan proses pemulihan ekonomi nasional itu akan lebih cepat terlaksana," ucap dia.