PT Bio Farma (Persero) mulai melakukan penelitian untuk membuat vaksin coronavirus disease-19 (covid-19).
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan pihaknya tengah berdiskusi dengan beberapa lembaga penelitian dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
"Indonesia kan sudah ada yang positif coronavirus, artinya kita sudah punya sampel virusnya. Makanya nanti kami sama Balitbangkes akan meneliti, semoga kita bisa bikin vaksin ke depan," kata Honesti di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (4/3).
Honesti melanjutkan, selama ini, penelitian untuk mencari vaksin coronavirus di Indonesia terganjal oleh ketiadaan sampel. Sehingga, Indonesia baru memiliki sampel ketika ada dua penduduk positif terjangkit corona.
Dengan kondisi pandemik yang mengglobal saat ini, lanjut Honesti, semua lembaga penelitian di dunia akan melakukan koordinasi dan bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Honesti pun mengatakan tak menutup kemungkinan Indonesia bekerja sama dengan China untuk penelitian vaksin coronavirus.
"China kemarin menemukan obat, bukan vaksin. Obatnya ada unsur kinanya sama unsur anti-viral. Mirip seperti obat yang digunakan untuk HIV," ujar dia.
Sementara untuk peraturan pembuatan vaksin yang bisa memakan waktu 10 hingga 15 tahun, Honesti mengatakan waktu penelitian tersebut bisa dipersingkat dua hingga tiga tahun lebih cepat apabila berbagai lembaga penelitian melakukan kerja sama.
"Misalnya ada lembaga riset yang sudah menjalankan fase I, tapi mereka tak punya kapasitas untuk melanjutkan bisa diambil alih oleh lembaga lain yang lebih besar. Jadi memang harus ada koordinasi," tutur mantan Direktur Utama Kimia Farma tersebut.