close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
icon caption
Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
Bisnis
Senin, 09 Agustus 2021 14:07

Bisnis aromaterapi kian semerbak di marketplace

Penjualan essential oil kala pandemi melonjak di kanal digital.
swipe

Minyak esensial atau essential oil naik pamor di masa pandemi. Ganasnya virus SARS-Cov2 membuat minyak esensial diburu demi menjaga kesehatan. Belum lagi kehadiran aromanya yang mewangi membuat ruangan terasa lebih nyaman.

Dahulu, minyak yang berasal dari tanaman atau tumbuhan alami dikeluarkan melalui proses distilasi atau penguapan. Hasilnya sering kali digunakan untuk pengobatan, sesembahan, hadiah, hingga digunakan untuk sehari-hari.

Bahkan di dunia barat, minyak esensial terkenal sebagai minyak pembasmi wabah mematikan. Tak heran jika ramuan minyak esensial belakangan kembali menemukan eksistensi dan fungsinya.

Namun lebih dari itu, minyak yang terkenal sebagai aromaterapi ini juga dipercaya efektif membuat tubuh lebih relaks dan tidur makin nyenyak. Di tengah pandemi, minyak esensial memainkan peranannya: meredakan stres sekaligus menjaga kesehatan.

Dokter Medis Reinita Arlin Baskoro menyebut kondisi pandemi ini jelas meningkatkan stres. Padahal, ketika stres, tubuh akan banyak mengeluarkan hormon-hormon seperti kortisol.

“Akibatnya, metabolisme terganggu. Kalau sudah begini, akan menurunkan daya tahan tubuh,”  jelasnya kepada Alinea.id, Sabtu (31/7).

Ketika seseorang menghirup aroma yang disukai dari minyak esensial, sebutnya, otak akan terstimulasi dan meningkatkan hormon-hormon kebahagiaan seperti endorfin. Hormon itulah yang akan memberi pengaruh positif pada sistem metabolisme seseorang.

Ilustrasi Pixabay.com.

Hal ini pun lantas diamini oleh Adisti. Perempuan 25 tahun itu sebenarnya telah mengenal minyak esensial sejak lima tahun lalu, saat duduk di bangku kuliah. Kegemarannya akan wewangian, membuatnya lantas mencoba salah satu produk minyak esensial.

Pertama kalinya, ia membeli minyak esensial dengan aroma lavender, roman chamomile, dan lemon grass, serta seperangkat diffuser. “Aroma-aroma itu yang masih aku pakai sampai sekarang,” kisahnya, kepada Alinea.id, Minggu (1/8).

Sayangnya, harga aromaterapi menurutnya relatif mahal bagi kantong mahasiswa. Adisti pun lalu tak terlalu sering memesan ulang produk-produk aromaterapi. Padahal, setelah beberapa kali memakai minyak esensial, ia mengaku dapat merasakan manfaatnya.

“Saya lama berhenti menggunakan minyak esensial. Tapi kemudian ada pandemi, jadi pakai lagi,” ujarnya.

Pada masa awal pandemi Covid-19 di Indonesia, konsultan di salah satu perusahaan di Jakarta Selatan itu mengaku sempat mengalami periode susah tidur. Hal ini dipicu kekhawatirannya pada Covid-19. Dia pun memutuskan kembali menggunakan minyak esensial.

Alhamdulillah, minyak esensial bisa bikin aku tidur nyenyak lagi. Untuk aromaterapi tertentu, juga bisa buat obat, buat ngobatin sakit kepala, flu dan lain-lain,” beber Adisti.

Lain Adisti, lain pula Iqbal. Mantan karyawan bank ini mengaku pertama kali menggunakan minyak esensial demi membuat kamar kosnya wangi. Namun setelah sekian lama, embusan diffuser berisi minyak esensial bermerek Utama Spice yang ia konsumsi juga mendatangkan manfaat lain.

Pria 25 tahun itu mengaku stresnya berkurang. Karenanya, saat ini ia lebih memilih untuk mengaktifkan diffuser ketika sedang merasa stres karena pekerjaan. Lavender dan mawar adalah dua aroma pilihannya untuk mengusir tekanan psikologis.

“Sejak WFH (work from home), kerjaan kayak lebih berat dan jadi gampang stres. Makanya sering menghidupkan diffuser,” katanya kepada Alinea.id, Minggu (1/8).

Kejayaan merek lokal

Direktur Eksekutif Wana Aksara Institute Agung Nugraha mengungkapkan geliat bisnis minyak esensial memang semakin melejit di masa pandemi. Hal ini terjadi karena temuan-temuan peneliti, khususnya farmakologi yang menyebar cepat di beragam media tentang khasiat minyak esensial dalam meredam Covid-19.

Ini diperkuat dengan testimoni para pasien Covid-19. Mereka yang telah dinyatakan sembuh, sengaja ataupun tidak, menggunakan minyak esensial.

“Berbagai informasi tersebut menjadikan potensi dan peluang minyak esensial kini menjulang membahana. Hal itu terjadi di era kepungan pandemi Covid-19 yang hampir membuat negara frustasi dan setiap warga dicekam rasa putus asa,” katanya. 

Utama Spice, sebagai salah satu merek minyak esensial lokal berhasil membuktikan kejayaan aromaterapi di masa pagebluk. Hal ini tercermin dari meningkatnya penjualan brand kawakan ini, khususnya dari sisi penjualan online.

“Kalau secara keseluruhan, penjualan kami memang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. Tapi untuk penjualan online, naik 50% sampai 60%,” beber Co-founder dan Generasi Penerus Utama Spice, Ria Templer saat berbincang kepada Alinea.id secara daring, Kamis (29/7).

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by @utamaspice

 

Bahkan, setelah bergabung dengan Tokopedia, penjualan daring dari Utama Spice melonjak lebih dari dua kali lipat selama hampir 2 minggu pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat berlangsung.

Secara total, sejak bergabung dengan Tokopedia pada 2017 lalu, penjualan perusahaan keluarga itu telah berkembang sekitar 13 kali lipat. Marketplace berlambang tas berwarna hijau ini menjadi kontributor penjualan daring Utama Spice yang terbesar dibanding toko-toko lain.

“Kalau saya bilang, best performing adalah Tokopedia di antara toko-toko kami. Bisa dibilang, 50% atau lebih dari total penjualan online berasal dari Tokopedia,” ujarnya. 


Meski terus mengalami peningkatan, perusahaan yang telah berdiri sejak 1989 itu tetap memiliki tantangan dalam berbisnis minyak esensial. Tantangan pertama ialah terkait cuaca.

Ria bilang, saat hujan turun terlalu banyak atau kemarau terlampau panjang dan panas, aroma dan produksi dari minyak esensial sangat mungkin terpengaruh.

Selain itu, edukasi pasar terkait manfaat dan kegunaan dari masing-masing minyak esensial menjadi tantangan lain yang harus dihadapi oleh Utama Spice. Padahal, pengetahuan konsumen sangat penting dalam penggunaan minyak esensial.

Sebab, minyak esensial hanya akan benar-benar terasa manfaat maupun aromanya ketika digunakan dengan benar. Apalagi saat ini banyak pedagang minyak esensial yang menawarkan aromaterapi palsu atau campuran.

“Komunikasi dan edukasi kepada customer adalah salah satu challenge terbesar kami untuk pasar Indonesia,” lanjutnya.

Sementara itu, untuk menghadapi pandemi, Ria memutuskan berinovasi dengan membuat produk Covid-19 care seperti antiseptik dan hand sanitizer untuk membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Selain itu, ada pula produk-produk hygiene, seperti sabun dan sampo yang terbuat dari bahan-bahan ramah lingkungan.

Dari sisi bahan baku, Ria memastikan produknya menggunakan 100% bahan alami. Ini tak lepas dari filosofi dari budaya Bali yang bernama Tri Hita Karana. Utama Spice berkomitmen untuk menghormati dan berjalan secara harmonis dengan umat manusia, alam dan Sang Pencipta.

Sebagai sebuah usaha, Utama Spice mengerti pentingnya setiap individu untuk menjaga kesehatan lingkungan global sehingga mereka selalu berupaya untuk meringankan dampak terhadap lingkungan. Misalnya, melakukan riset yang mendalam untuk mendukung sumber daya alam lokal dan untuk meningkatkan kemampuan petani lokal di beberapa tempat.

Baik itu petani organik, peternak lebah dan rumput laut. Kini, ia mempekerjakan sekitar 60 karyawan yang membantu produksi hingga pengemasan.

“Kami menggunakan bahan alami dan sustain, jadi enggak mau menggunakan bahan yang merusak lingkungan. Lalu, kami juga enggak mau hanya menjual produk agar untung,” tegas dia.

Ilustrasi Alinea.id/Firgie Saputra.
 
 

img
Qonita Azzahra
Reporter
img
Kartika Runiasari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan