close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi. Foto: Pixabay
icon caption
Ilustrasi. Foto: Pixabay
Bisnis
Sabtu, 03 Agustus 2024 22:03

Bisnis badminton di Malaysia sedang tidak baik-baik saja

Wajar saja jika harga shuttlecock naik setiap tahun, tetapi kenaikan berlipat ganda tahun ini belum pernah terjadi sebelumnya.
swipe

Dunia hobi badminton Malaysia sedang tidak baik-baik saja. Pedagang peralatan olahraga dan penggemar badminton di Malaysia beberapa pekan terakhir terusik oleh kenaikan harga shuttlecock yang melonjak. Korbannya, penggemar badminton yang kantongnya pas-pasan sementara harus menahan diri untuk tidak sering-sering bermain.

Harga shuttlecock melonjak hingga sekitar RM10 (Rp36 ribu) per tabung selusin dalam beberapa minggu terakhir, terutama merek yang menggunakan bulu angsa asli.

Bahkan merek dengan bulu sintetis telah menaikkan harga shuttlecock sekitar RM5 (Rp18 ribu) hingga RM7 (Rp25 ribu) per tabung selusin.

Pemilik toko Sitt Sports Centre, Lim Chong Sitt, mengatakan ini bukan pertama kalinya harga shuttlecock naik.

“Ini adalah ketiga kalinya mereka menaikkan harga tahun ini, mereka menaikkannya hampir setiap dua hingga tiga bulan,” katanya saat ditemui di tokonya di sepanjang Jalan Air Itam Pulau Pinang.

Saat ini, harga satu tabung shuttlecock berkisar antara RM20 (Rp72 ribu) untuk yang sintetis kelas bawah hingga yang bulu angsa kelas atas seharga RM170 (Rp613 ribu) per tabung, menurut Lim.

Ia mengatakan wajar saja jika harga shuttlecock naik setiap tahun, tetapi kenaikan berlipat ganda tahun ini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Hal ini sedikit memengaruhi bisnis, pemain kasual mungkin berhenti bermain lebih sering dan berhenti membeli shuttlecock secara teratur," katanya.

Namun, ia mengatakan pemain turnamen serius yang tergabung dalam klub dan grup bulu tangkis besar mungkin tidak terpengaruh sama sekali.

Lim, yang juga merupakan pemain bulu tangkis master dan baru-baru ini memenangkan medali emas untuk tunggal dan ganda di Kejuaraan Bulu Tangkis Master Internasional Sarawak 2024, mengatakan pemain turnamen terus bermain tanpa terpengaruh oleh kenaikan harga.

"Setiap kali kami pergi ke lapangan, ada lebih dari 10 orang per sesi dan setiap tabung memiliki selusin shuttlecock sehingga biaya shuttlecock untuk setiap pemain hanya mencapai RM1 (Rp3600) atau kurang, jadi siapa yang tidak mampu membayar RM1 per sesi?" katanya.

Pria berusia 75 tahun itu bermain bulu tangkis setiap hari setelah menutup tokonya di malam hari dan menjadi anggota sejumlah kelompok dan klub bulu tangkis, yang masing-masing beranggotakan 20 hingga 80 orang.

“Bulu tangkis adalah salah satu olahraga termurah di antara semua olahraga lainnya, meskipun harganya naik,” katanya.

Sedangkan untuk akademi bulu tangkis, itu berarti biaya operasional yang lebih tinggi dalam melatih pemain bulu tangkis profesional.

Manajer Akademi Bulu Tangkis Art Sport, Choo Tze Liang, mengatakan kenaikan harga berarti kenaikan sekitar 10 hingga 15 persen dalam biaya peralatan untuk akademi.

Namun, ia mengatakan ini tidak berarti biaya yang lebih tinggi bagi pemain bulu tangkis yang sedang berlatih karena mereka sudah membayar biaya pelatihan.

“Kami tidak punya pilihan selain menyerap kenaikan biaya karena kami tidak dapat mengorbankan kualitas dan harus hanya menggunakan kok berkualitas tinggi untuk pelatihan,” katanya.

Akademi tersebut saat ini memiliki lebih dari 500 pemain dan sekitar 30 pemain di tim negara bagian dan pra-negara bagian.

Ia mengatakan alternatif yang lebih murah mungkin hanya digunakan untuk anak-anak yang mulai belajar bermain bulu tangkis.

Sementara itu, untuk pemain kasual, kenaikan harga dapat menyebabkan mereka mencari cara untuk mengurangi biaya seperti mendaur ulang shuttlecock atau menggunakannya selama mungkin sebelum menggantinya.

Jeremy Kua, 46, bermain bulu tangkis dengan teman-teman dan keluarganya seminggu sekali dan menghabiskan antara RM50 (Rp180 ribu) dan RM80 (Rp288 ribu) per tabung shuttlecock.

“Sekarang harganya lebih mahal, kami berusaha untuk tidak menyia-nyiakan setiap shuttlecock dan memanfaatkannya selama mungkin sebelum menggantinya,” katanya.

Karena ada anak-anak dalam kelompoknya yang beranggotakan enam orang yang bermain setiap minggu, ia mengatakan anak-anak biasanya akan mendapatkan shuttlecock bekas dari kelompok dewasa.

“Mereka akan memiliki tabung sendiri, baik yang lebih murah atau beberapa shuttlecock bekas dari kelompok dewasa,” katanya.

Pemain kasual lainnya, Khuzairy Ismail, 30 tahun, mengatakan ia harus mengurangi bermain dari tiga kali seminggu menjadi seminggu sekali karena biaya yang lebih tinggi ditambah dengan biaya sewa lapangan yang lebih tinggi.

“Sebelumnya, biaya bulu tangkis selama dua jam mencapai RM15 (Rp54 ribu), tetapi sekarang bisa naik hingga RM25 (Rp90 ribu) per sesi,” katanya.

Di Petaling Jaya, toko-toko kecil tampaknya telah menaikkan harga shuttlecock bulu.

Ketika disurvei, toko perlengkapan olahraga Titan Badminton mengatakan bahwa harga shuttlecock mereka telah naik sekitar RM6 (Rp21 ribu) hingga RM9 (Rp32 ribu).

Situasi yang sama terjadi di toko perlengkapan olahraga Galaxy Sports dan Petaling Sports.

Untuk shuttlecock merek RSL, Petaling Sports menempelkan pemberitahuan tentang kenaikan harga yang dimulai pada 24 Juni tahun ini tepat di atas shuttlecock.

Alasannya adalah karena “kenaikan biaya bahan baku dan biaya komprehensif lainnya.”

Namun, toko perlengkapan olahraga yang lebih besar seperti Yonex Concept Store by Vsmash dan Decathlon tidak terpengaruh oleh permintaan pasar shuttlecock saat ini dengan alasan harga yang stabil selama beberapa bulan terakhir.

Baru-baru ini dilaporkan bahwa harga bulu angsa dan bebek yang digunakan untuk membuat shuttlecock kelas atas telah meningkat karena penurunan pasokan daging unggas di Tiongkok.

Dilaporkan oleh CNA bahwa harga babi hidup telah turun terus menerus sejak November 2022 yang menyebabkan permintaan konsumen yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan lebih sedikit petani yang bersedia beternak bebek dan angsa.

CNA melaporkan bahwa harga shuttlecock telah meningkat sekitar 40 persen dalam enam bulan terakhir untuk beberapa merek termasuk Yonex, RSL dan Ling-Mei.(malaymail)

img
Fitra Iskandar
Reporter
img
Fitra Iskandar
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan