Bitcoin "ngegas" hingga akhir tahun
Pamor kripto kian moncer. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) melaporkan total nilai transaksi kripto di Indonesia mencapai Rp301,75 triliun pada paruh pertama tahun ini, meningkat sebesar 354,17% secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama 2023 yang mencapai Rp66,44 triliun. Adapun jumlah pelanggan aset kripto terdaftar hingga Juni 2024 mencapai 20,24 juta pelanggan.
CMO Tokocrypto Wan Iqbal meramal pasar kripto pada semester II-2024 akan menarik dan penuh potensi. Harga Bitcoin diprediksi bisa mencapai nilai tertinggi sepanjang masa yang baru lagi di kuartal IV-2024.
"Proyeksi harga Bitcoin di akhir tahun dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk potensi penurunan suku bunga The Fed, pemilu AS (Amerika Serikat) dan meningkatnya minat dari institusi keuangan besar, termasuk perdagangan ETF (exchange traded fund) Bitcoin dan Ethereum," katanya, Kamis (1/8).
Selain itu, adopsi teknologi blockchain yang lebih luas, serta inovasi dalam produk keuangan berbasis kripto, seperti ETF dan kontrak berjangka, juga dapat memberikan dorongan tambahan bagi harga Bitcoin.
Hijau di Agustus
Pergerakan harga Bitcoin selama bulan Juli 2024 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Berdasarkan data Bitcoin Monthly Returns, pertumbuhan nilai Bitcoin pada Juli hanya mencapai 3,14%. Angka ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang minus 6,96%.
Harga Bitcoin mengalami fluktuasi sepanjang Juli. Pada 19 Juli, instrumen ini menyentuh level US$64.000, didorong oleh perubahan narasi politik AS terhadap industri kripto dan antisipasi peluncuran ETF Ethereum spot yang berbasis di AS. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mendorong harga lebih tinggi menuju US$70.000, tetapi semuanya gagal memicu tren harga yang lebih luas.
Sebaliknya, Bitcoin telah merosot di bawah area utama antara US$65.300 dan US$68.400 selama hampir sepuluh hari terakhir. Penurunan Bitcoin di bawah level US$65.000 menjadi kekhawatiran, lantaran mengindikasikan melemahnya momentum bullish jangka pendek.
"Para analis teknis melihat potensi penurunan lebih lanjut menuju level support terdekat di US$62.000. Sentimen pasar juga terpengaruh oleh ketidakpastian seputar regulasi kripto global dan kekhawatiran inflasi yang meningkat," ujar Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur.
Sementara di awal Agustus, Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan mengalami penurunan tajam. Pada Kamis (1/8), harga Bitcoin turun karena meningkatnya risiko geopolitik yang menarik perhatian investor setelah pertemuan The Fed Juli berakhir. Bitcoin menyentuh level di bawah US$65.000 dari sekitar level US$66.500 setelah konferensi pers Ketua Fed, Jerome Powell, yang mengumumkan tetap mempertahankan laju suku bunga pada 5,25% hingga 5,5%.
Fyqieh menyebut penurunan harga Bitcoin banyak dipengaruhi oleh sentimen distribusi Bitcoin oleh Mt. Gox, transfer Bitcoin senilai $2 miliar oleh pemerintah AS, serta kondisi geopolitik Timur Tengah yang kembali memanas pascapimpinan Iran dilaporkan memerintahkan serangan balasan terhadap Israel atas wafatnya Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh.
Tekanan penjualan Bitcoin disebabkan oleh meningkatnya risiko konflik yang lebih luas di wilayah Timur Tengah. Menurutnya, sentimen negatif ini membuat investor cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko tinggi seperti kripto, termasuk Bitcoin.
Selain itu, distribusi Bitcoin dari Mt. Gox dan langkah pemerintah AS yang mentransfer Bitcoin dalam jumlah besar juga memengaruhi likuiditas pasar, meningkatkan tekanan jual dan ketidakpastian di kalangan investor.
"Kombinasi dari faktor-faktor ini memberikan tekanan yang signifikan pada harga Bitcoin saat ini," ujar Fyqieh.
Kendati demikian, dia memprediksi Bitcoin berpotensi rebound. Menurutnya, ke depan peristiwa fear, uncertainty, and doubt (FUD) seperti Mt. Gox, pemerintah Jerman, atau penjualan Bitcoin yang disita oleh pemerintah AS sudah berlalu. Sentimen publik diperkirakan berbalik ke arah positif yang menjadi lebih bullish sampai akhir tahun mendatang.
Di samping itu, sentimen makroekonomi juga diperkirakan akan membaik. Hal itu terlihat dari komentar Powell, pada konferensi pers The Federal Open Market Committee (FOMC), Rabu (31/7), yang mengatakan para pejabat sedang mempertimbangkan potensi penurunan suku bunga pada September. Namun, mereka akan mengevaluasi inflasi dan data ekonomi mendatang sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.
Pasar keuangan, khususnya sektor kripto, telah menanti-nantikan pembaruan FOMC dan komentar Ketua Fed. Meskipun penangguhan suku bunga telah diantisipasi, komentar Powell tentang potensi penurunan suku bunga September memberikan wawasan baru.
Lebih lanjut dia bilang meskipun analis memprediksikan kenaikan harga di atas US$70.000 atau sekitar Rp1,13 miliar, Bitcoin mungkin memerlukan bantuan makro lebih lanjut dalam bentuk putaran inflasi yang lebih rendah dan proyeksi pemangkasan suku bunga Fed, untuk memicu kenaikan harga.
"Investor dan trader akan memantau dengan saksama data ekonomi mendatang, karena data tersebut akan memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan Federal Reserve. Potensi pemangkasan suku bunga pada bulan September dapat berdampak signifikan terhadap biaya pinjaman, strategi investasi, dan momentum ekonomi secara keseluruhan," kata Fyqieh.