Tidak selamanya bitcoin disanjung-sanjung sebagai uang masa depan. Salah satu bank terbesar di Asia justru melebel bitcoin sebagai skema ponzi yang penuh dengan biaya tersembunyi.
Bitcoin kembali dinilai sebagai ancaman oleh bank-bank di dunia saat ini. Baru-baru ini Bank DBS mengungkapkan kekhawatirannya atas mata uang kripto ini.
Berbicara kepada CNBC di sela-sela Festival Fintech Singapura yang sedang berlangsung, Kepala Petugas Informasi Kepala dan Kepala teknologi kelompok dan operasi di DBS David Gledhill mengatakan, pihaknya melihat bitcoin sebagai skema ponzi.
Ia mencatat bahwa transaksi bitcoin tidak hanya mahal dan semua biaya disembunyikan melalui mekanisme cypto. Meski begitu, Gledhill menegaskan bahwa bitcoin bukanlah saingannya dan menganggap bahwa mata uang tetap kompetitif.
Sebaliknya, bank lebih memilih untuk fokus pada transaksi elektroniknya dari mata uang pemerintah. Gledhill mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih menonton dan mempelajari tentang bitcoin.
Bitcoin merosot menjadi US$ 5,507 pada hari Minggu (12/11) setelah mencapai rekor tinggi US$ 7.877 minggu lalu. Meski begitu bitcoin tidak menunjukkan tanda-tanda melambat bahkan kehilangan minat.
Perusahaan yang berbasis di Chicago sedang mencari untuk mendirikan sebuah meja perdagangan bitcoin di Singapura pada akhir tahun. Singapura diharapkan bisa menjadi pusat bitcoin di Asia.
Perusahaan gim DRW bahkan telah menggunakan bitcoin sejak tahun 2014. Perusahaan juga telah memfasilitasi perdagangan bitcoin dalam kisaran US$ 1 sampai US$ 5 juta.