PT Bank BNI Syariah mencatatkan laba bersih Rp202,9 miliar sepanjang semester I-2018. Capaian ini naik 23% dibandingkan dengan realisasi perolehan laba pada periode yang sama tahun lalu.
Mengutip keterangan resmi BNI Syariah, Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan, pertumbuhan laba disokong oleh ekspansi pembiayaan, peningkatan fee based income, dan optimalisasi rasio dana murah.
Pada semester I-2018, penyaluran pembiayaan BNI Syariah naik 11,4% secara tahunan menjadi Rp25,1 triliun. Kredit konsumer masih mendominasi portofolio dengan realisasi Rp12,9 triliun. Namun demikian, segmen kredit komersial dan UMKM juga mampu tumbuh tinggi 22% secara tahunan menjadi Rp5,3 triliun.
Sedangkan return on aset (ROE) pada Juni 2018 ada di posisi 10,51% turun dibandingkan pada Juni 2017 pada level 13,12%. Kemudian untuk Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Juni 2018 di posisi 19,24%, pada semester 1-2017 14,33%. Sementara, FDR pada semester 1-2018 di posisi 77,42% sedangkan pada periode yang sama 2017 di posisi 84,44%.
Adapun aset BNI Syariah tumbuh 22,64% yoy menjadi Rp 37,7 triliun. Pada Juni 2017 aset BNI Syariah di posisi Rp30,74 triliun.
Aset ditopang oleh penyaluran pembiayaan sebesar Rp 25,1 triliun atau naik 11,3% yoy dari Rp 22,55 triliun pada semester 1-2018. Selain itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 32,4 triliun atau naik 21,5% yoy dari Rp 26,66 triliun pada Juni 2018.
"Non performing financing (NPF) BNI Syariah ada di 3,04% pada kuartal kedua 2018. Lebih baik dari pada NPF industri bank syariah. Rasio berhasil ditekan, pada Juni 2017 di level 3,38%," ujar Firman dalam keterangan resmi, Kamis (26/7).