PermataBank cetak laba bersih 639 miliar kuartal II-2021
PT Bank Permata Tbk. (BNLI) menyampaikan, terus menjaga kualitas aset pada level yang aman, serta memelihara posisi likuiditas dan permodalan untuk mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
Direktur Utama PermataBank Chalit Tayjasanant mengatakan, meskipun keadaan perekonomian Indonesia belum kembali seperti prapandemi, tetapi, kinerja PermataBank membuktikan dengan strategi bisnis yang dijalankan dan dukungan para nasabah, mampu mencetak hasil yang memuaskan di tengah 2021.
"Perluasan skala bisnis dan pertumbuhan kredit sehat, baik secara organik maupun inorganik, tetap menjadi fokus utama dalam meningkatkan kinerja PermataBank saat ini. Kami berharap dapat terus mendukung ekosistem perbankan Indonesia menuju ke arah yang lebih kuat,” ujar Tayjasanant dalam keterangan resminya, Rabu (4/8).
Aset PermataBank tercatat tumbuh sebesar 34,8% YoY, menjadi sebesar Rp212,9 triliun, sehingga mencatatkan PermataBank sebagai salah satu 10 bank komersial terbesar di Indonesia berdasarkan total aset.
Penyaluran kredit bank berkode saham BNLI ini juga tercatat tumbuh 16,6% YoY, menjadi sebesar Rp120,8 triliun terutama didorong oleh pertumbuhan kredit pada segmen wholesale banking sebesar 39,8% YoY. Pertumbuhan di segmen ini dikontribusikan dari penyelesaian integrasi dengan Bangkok Bank Indonesia di Desember 2020. Pertumbuhan kredit Bank juga didukung oleh pertumbuhan KPR yang cukup signifikan yaitu sebesar 21,7% YoY di segmen ritel.
Sejalan dengan pertumbuhan aset, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp4,9 triliun atau tumbuh 19,4% YoY dan laba operasional sebelum pencadangan tumbuh sebesar 36,6% YoY. Dalam hal pencadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan, BNLI tetap menjalankan prinsip kehati-hatian mengingat dampak pandemi yang masih berlanjut yang secara tidak langsung menyebabkan potensi peningkatan risiko kredit inheren.
Hal ini tercermin dalam peningkatan rasio NPL gross dan NPL net di Juni 2021 menjadi masing-masing 3,3% dan 1,2%, dibandingkan dengan posisi Desember 2020 masing-masing sebesar 2,9% dan 1,0%, walaupun masih lebih baik dibandingkan posisi Juni 2020 masing-masing sebesar 3,7% dan 1,8%.
PermataBank juga mengalokasikan biaya pencadangan kerugian penurunan nilai untuk mengantisipasi potensi kerugian akibat penurunan kualitas aset sebesar Rp1,5 triliun, atau meningkat 41% dibanding periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian rasio NPL coverage tetap terjaga baik di kisaran yang cukup konservatif yaitu 218%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 112%.
Pada kuartal II-2021, BNLI membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp639 miliar atau meningkat secara signifikan 74,3% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp366 miliar.
Posisi likuiditas Bank terjaga kuat yang tercermin pada rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 75% pada akhir Juni 2021, turun dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang sebesar 81%. Hal ini dikontribusikan oleh peningkatan simpanan nasabah yang tumbuh sebesar 25,0% YoY, dengan rasio CASA sebesar 52%, menguat dibandingkan posisi Desember 2020 sebesar 51%.
PermataBank akan terus fokus untuk mempercepat laju pertumbuhan kredit yang sehat, didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga secara sustainable dan efisien. Solusi perbankan digital menjadi kunci sukses PermataBank dalam mengembangkan skala bisnis, dengan mengedepankan pengalaman bertransaksi nasabah secara sederhana, cepat dan andal.
Tayjasanant melanjutkan, rasio permodalan PermataBank yang sangat kuat, dengan rasio CAR dan CET-1 sebesar masing-masing 35,4% dan 26,9%, jauh lebih kuat dari rasio CAR rata-rata industri perbankan di kisaran 24%, menjadi key enabler bagi PermataBank untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, baik secara organik maupun inorganik.
Tayjasanant juga menyampaikan, PermataBank telah menyelesaikan Penawaran Umum Terbatas (PUT) IX pada 26 Juli 2021, di mana seluruh jumlah saham kelas B yang ditawarkan kepada pemegang saham Bank sejumlah 8,13 miliar lembar saham telah secara penuh dialokasikan sesuai permintaan pemegang saham dengan harga Rp1.347 per saham.
"Pelaksanaan PUT IX ini merupakan kelanjutan dari proses Integrasi antara PermataBank dan Bangkok Bank Indonesia, di mana PermataBank mengkonversi seluruh dana setoran modal yang diterima sebesar Rp10,8 triliun di Desember 2020, menjadi modal yang disetorkan sesuai dengan peraturan OJK pasar modal yang berlaku," ujar Tayjasanant.
Investasi digital banking dan bisnis syariah
Tayjasanant menuturkan, PermataBank terus berinvestasi dalam teknologi digital yang membangun skala dan memberikan pertumbuhan bisnis, meningkatkan pengalaman pelanggan, produktivitas, serta efisiensi.
Selama semester I-2021, jumlah total transaksi PermataBank meningkat 200% YoY menjadi 937 juta. Sebagian besar peningkatan berasal dari penyerapan yang signifikan di semua kanal digital hingga 351% YoY menjadi 766 juta.
Untuk memperluas jaringan distribusi, PermataBank bekerja sama dengan Indomaret menyediakan akses tarik tunai gratis bagi nasabah PermataBank di lebih dari 18.700 lokasi Indomaret di seluruh Indonesia. PermataBank akan terus berinvestasi dalam kapabilitas digital yang terdepan di pasar dengan PermataAPI, PermataMobile X, PermataNet, Permata-e-Business, PermataQR, di bidang Ritel, UKM, Wholesale dan Syariah, untuk memenuhi brand promise PermataBank, yakni simple, fast and reliable.
Adapun pada tengah tahun 2021 ini, PermataBank Syariah juga meluncurkan jasa dan layanan inovatifnya. Di bulan Mei lalu, PermataBank Syariah meluncurkan The First Shariah API Solution untuk Lembaga Keuangan Syariah (LKS) lainnya.
Layanan ini dapat membantu LKS untuk melakukan transfer in & transfer out bagi para nasabahnya dari dan ke bank lain secara online. Selain itu, PermataBank juga bersama OJK mendukung inisiatif pemerintah dengan meresmikan Bank Wakaf Mikro di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, untuk menyalurkan dana sebesar Rp16 miliar yang ditujukan untuk modal pendirian, modal kerja dan operasional.