Setelah operasional Bolt ditutup, PT Bursa Efek Indonesia mengawasi perusahaan teknologi milik Lippo Group PT First Media Tbk. (KBLV).
First Media adalah perusahaan induk teknologi yang memiliki lini bisnis PT Intenux. Perusahaan ini yang menjalankan jaringan internet Bolt. BEI sebagai regulator memberikan perhatian kepada lini usaha tersebut.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD Nyoman Yetna Setya mengatakan, pihaknya tengah memperhatikan stabilitas kinerja emiten telekomunikasi dan penyedia konten tersebut.
"Akhir Desember 2018, ada penghentian satu lini bisnis First Media dan kami sedang memantau apakah hal itu memberi pengaruh atau ada hal lain yang bisa mendukung bisnis dan kinerja keuangan emiten tersebut," ungkapnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (2/1).
Nyoman menyebut, First Media sebenarnya sudah memenuhi permintaan BEI untuk menyampaikan fakta material tentang keputusan perusahaan menutup Bolt.
"Kita lihat keterbukaan informasinya, yang disampaikan kemarin memang ada tidak mengakibatkan signifikan terhadap going concern-nya. Mereka memiliki lini bisnis yang cukup banyak dan mayoritas yang lini bisnis mereka yang masih sustain bisa men-support dari kinerja mereka. Jadi sampai saat ini kami masih monitor," kata Nyoman.
Dalam keterbukaan informasi, pihak First Media memang menjelaskan bahwa perusahaan masih memiliki lini bisnis lainnya seperti penyediaan infrastruktur telekomunikasi, jasa layanan internet, jasa nilai tambah kartu panggil, penyedia konten berita, hingga rumah produksi. Sehingga ditutupnya layanan Bolt tak memiliki pengaruh signifikan terhadap bisnis First Media.
"Kalau sustainability-nya tidak ada masalah, kami tinggal monitor berjalan dengan baik. Jadi di beberapa jenis perusahaan tentunya mereka lini bisnisnya relatif banyak. Kami akan lihat kontribusinya. Jika kontribusi, kami tidak melakukan action yang lebih jauh," tambahnya.
Menurutnya, BEI hanya akan memastikan bahwa keberlangsungan bisnis First Media tetap berjalan meski Bolt tutup. Hal itu sebagai langkah perlindungan investor di pasar modal.
"Jadi pada saat kita mendengar atau mendapat informasi, kita lihat dulu dari kontribusi di laporan keuangan. Setelah itu tanyakan ke mereka berapa persen kontribusi. Sampai kita bisa pastikan bahwa dari sisi going concern itu sebetulnya bukan hal yang material," jelasnya.
Sebagai informasi, KBLV baru saja tersandung pemutusan penggunaan pita frekuensi radio 2,3 GHz oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk anak usaha PT Internux, PT First Media dan PT Jasnita Telekomindo. Imbasnya, KBLV harus menutup lini bisnis mereka yang menggunakan jaringan pita frekuensi tersebut seperti layanan jaringan merek Bolt.
Hingga September 2018, pendapatan yang dibukukan oleh First Media mencapai Rp695,17 miliar atau turun 6,58% dari posisi Rp744,15 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan KBLV didominasi jasa langganan internet dan layanan komunikasi data senilai Rp571,77 miliar, disusul oleh perangkat komunikasi dan lain-lain masing-masing senilai Rp38,51 miliar dan Rp151,24 miliar.