close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Direktur Utama Bank Negara Indonesia, Royke Tumilaar dalam webinar 'Mengakselerasi Investasi di Kawasan Ekonomi Baru', Selasa (13/07/2021). Foto tangkapan layar.
icon caption
Direktur Utama Bank Negara Indonesia, Royke Tumilaar dalam webinar 'Mengakselerasi Investasi di Kawasan Ekonomi Baru', Selasa (13/07/2021). Foto tangkapan layar.
Bisnis
Selasa, 13 Juli 2021 12:33

Bos BNI ungkap tiga tantangan pendanaan di kawasan ekonomi baru

Salah satu tantangan datang dari kelayakan atau feasibility proyek, terutama proyek di kawasan ekonomi baru.
swipe

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) Royke Tumilaar mengungkapkan, terdapat tiga tantangan dalam pembiayaan di kawasan ekonomi baru yang dihadapi perbankan nasional.

Tantangan pertama, adalah pandemi yang masih berlangsung. Pasalnya, permintaan di kawasan industri dan perputaran ekonomi di kawasan ekonomi baru tersebut masih lambat. 

Tantangan kedua, adalah terjadinya penundaan projek infrastruktur, sehingga berdampak pada meningkatnya non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah perbankan. Tantangan juga datang dari kondisi kelayakan atau feasbility proyek, terutama proyek di kawasan ekonomi baru. 

"Hal ini sering menjadi permasalahan, karena pada dasarnya pembangunan infrastruktur diharapkan menjadi stimulus pemicu pertumbuhan ekonomi," ucapnya, Selasa (13/7). 

Meski demikian, pihaknya berkomitmen mendukung investasi di kawasan ekonomi baru. Kehadiran ekonomi baru diharapkan menjadi pendorong bergeraknya perekonomian daerah, yang pada akhirnya menjadi sumber pemerataan ekonomi.

"Perbankan perannya memang masih cukup tinggi dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional. Perbankan dalam pembangunan atau sumber dana, masih dominan kurang lebih 60%, di Rp5.400 triliun," kata Royke.

Dia melanjutkan, perbankan juga memiliki kontribusi besar dalam pengembangan investasi melalui penyaluran kredit investasi. 

Saat ini, penyaluran kredit perbankan di daerah baru mencapai Rp1.400 triliun. Royke mengakui alokasi kredit perbankan masih dominan berada di Pulau Jawa, dengan jumlah penyaluran sekitar Rp1.150 triliun atau hampir 80% dari alokasi kredit nasional. 

"Sehingga masih terdapat ruang dari perbankan untuk membiayai proyek investasi ekonomi baru, khususnya di luar Jawa," ujar dia.

Adapun hingga kuartal I-2021, pertumbuhan kredit BNI mencapai 2,2%, lebih baik dibandingkan pertumbuhan kredit perbankan nasional yang masih terkontraksi -3,8%. Tiga sektor potensial menjadi prioritas BNI, yaitu industri manufaktur, agribisnis, dan konstruksi. Total penyaluran kredit BNI di tiga sektor ini sekitar Rp215 triliun atau 46% dari total bisnis banking BNI.

img
Annisa Saumi
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan