Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, pada Juni 2021 terjadi deflasi 0,16%. Pertumbuhan deflasi ini disebabkan oleh penurunan harga berbagai komoditas secara umum.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, deflasi ini merupakan yang pertama kalinya terjadi pada 2021. Deflasi ini terjadi di 56 kota, dari 90 kota.
"Perkembangan harga 2021 dan 2020 relatif tidak berbeda secara siginifikan. Juni terjadi deflasi, ini pertama kali sejak Januari 2021," kata Margo dalam konferensi pers BPS, Kamis (1/7).
Deflasi Juni disebabkan oleh empat kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan harga. Yaitu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang turun 0,71%, kelompok pakaian dan alas kaki 0,12%, kelompok transportasi 0,35%, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun 0,01%.
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau deflasi 0,71%. Penyebabnya karena terjadinya penurunan harga komoditas cabai merah, daging ayam ras, cabai rawit, dan bawang merah," ujar dia.
Sementara komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain telur ayam ras, bayam, kacang panjang, minyak goreng, sawi hijau, rokok kretek filter, sewa rumah, mobil, dan emas perhiasan.
Kemudian, penyebab deflasi pada kelompok transportasi karena terjadi penurunan tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, dan kereta api. Subkelompok angkutan penumpang ini mengalami deflasi sebesar 2,02% pada Juni 2021.
Sementara berdasarkan wilayah, deflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 0,89% dan terendah terjadi di Palembang sebesar 0,01%. Margo menuturkan, deflasi yang terjadi di Kupang diakibatkan oleh penurunan harga kangkung 0,2% dan penurunan harga tarif angkutan udara yang punya andil 0,14%.
Adapun tingkat inflasi secara tahun kalender, yaitu dari Januari hingga Juni 2021 sebesar 0,74%, dan tingkat inflasi tahun ke tahun, yaitu periode Juni 2021 terhadap Juni 2020 sebesar 1,33%.