Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2020 tumbuh 2,97%. Pencapaian tersebut lebih rendah dari outlook pemerintah sebesar 4,3%.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menjelaskan, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2019 yang tumbuh sebesar 5,07%, pada kuartal pertama tahun ini kontraksinya sangat dalam. Bahkan, dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal ini terburuk sejak tahun 2001.
"Pertumbuhan ekonomi 2,97% terendah sejak triwulan pertama tahun 2001. Tapi kembali ini tidak bisa dibandingkan langsung seperti itu karena situasi ini berbeda dan dipenuhi ketidakpastian," kata Kecuk pada Selasa (5/5).
Kecuk juga mengatakan, ekonomi Indonesia kuartal pertama 2020 terhadap kuartal empat 2019 mengalami kontraksi sebesar 2,41% (kuartal ke kuartal atau qtq). Penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha.
Di sisi lain, pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 10,67%. Selanjutnya diikuti sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 10,39%, kemudian sektor informasi dan komunikasi sebesar 9,81%.
Berdasarkan sumber pertumbuhan ekonomi, sumber pertumbuhan tertinggi berasal dari lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 0,53%. Selanjutnya, diikuti jasa keuangan dan asuransi dan industri pengolahan masing-masing sebesar 0,44%.
Kemudian, sektor konstruksi sebesar 0,29%. Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia dari lapangan usaha lainnya sebesar 1,27%.
Mengingatkan kembali Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di kisaran 4,5% hingga 4,7% pada kuartal I-2020. Bahkan Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang pada kuartal pertama tumbuh minus 4%.