Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, Indonesia sepanjang Maret 2019 mengalami inflasi sebesar 0,11% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 135,87. Dari total 82 kota, 51 kota di antaranya mengalami inflasi dan 31 kota mengalami deflasi.
"Inflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 0,86% dengan IHK sebesar 132,17 dan terendah terjadi di Bekasi dan Tangerang masing-masing sebesar 0,01% dengan IHK masing-masing sebesar 133,26 dan 143,56,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (1/4).
Sementara deflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 3,03% dengan IHK sebesar 154,23 dan terendah terjadi di Palembang, Batam, dan Sampit masing-masing sebesar 0,01% dengan IHK masing-masing sebesar 131,94, 137,48, dan 138,61.
Suhariyanto menjelaskan pemicu utama inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar Indeks Kelompok Pengeluaran (IKP).
Mulai dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,21%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,11%, sandang sebesar 0,23%, kesehatan sebesar 0,24%, pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,06%, serta transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,10%.
“Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks ialah kelompok bahan makanan sebesar 0,01%," tuturnya.
Secara tahunan, tingkat inflasi mencapai 2,48%. Dengan demikian, inflasi Januari-Maret 2019 tercatat 0,35%. Angka inflasi tersebut lebih tinggi bila dibanding Februari 2019. Deflasi Februari tercatat 0,08% secara bulanan atau 2,57% secara tahunan.
Berdasarkan komponennya, Suhariyanto menjelaskan, inflasi Maret 2019 disebabkan oleh inflasi inti. BPS mencatat inflasi inti mencapai 0,16% secara bulanan atau 0,72% secara tahunan.
Andilnya terhadap inflasi Maret 2019 sebesar 0,09%. Inflasi inti, antara lain didorong oleh kenaikan harga kontrak rumah dan upah pembantu rumah tangga.
Sedangkan inflasi harga diatur pemerintah (administered price) tercatat 0,08% secara bulanan atau 0,02% secara tahunan. Andil terhadap inflasi sebesar 0,02%.
Sementara inflasi harga bergejolak alias volatile food tidak memberi andil pada inflasi Maret 2019. Komponen ini jutru mengalami deflasi 0,02% secara bulanan atau 0,37% secara bulanan.
Penyebab volatile food alami deflasi karena ada penurunan harga pada daging ayam ras, telur ayam ras, dan ikan segar.
"Dengan demikian, daya beli tidak rendah karena inflasi inti masih tinggi," katanya.
Sedangkan pada komponen energi, pada Maret 2019 mengalami deflasi sebesar 0,20% atau terjadi penurunan indeks dari 161,69 pada Februari 2019 menjadi 161,37 pada Maret 2019.
Dari Januari-Maret 2019, inflasi komponenan ini tercatat -0,91% dan inflasi secara tahunan sebesar 1,10%.