close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi Pixabay.
icon caption
Ilustrasi Pixabay.
Bisnis
Selasa, 01 Maret 2022 13:25

BPS mencatat Februari 2022 terjadi deflasi 0,02%

Dari 90 kota, 53 di antaranya mengalami deflasi dan 37 lainnya mengalami inflasi.
swipe

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2022 terjadi deflasi sebesar 0,02% berdasarkan hasil pemantauan di 90 kota. Angka itu menunjukkan terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,26 pada Januari 2022 menjadi 108,24 pada Februari 2022.

Dari 90 kota, 53 di antaranya mengalami deflasi dan 37 lainnya mengalami inflasi. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, tingkat inflasi tahun kalender pada Februari 2022 (Februari 2022 terhadap Desember 2021) sebesar 0,54%. Sementara, dilihat dari tingkat inflasinya tahun ke tahun (Februari 2022 terhadap Februari 2021) sebesar 2,06%.

"Jadi penyumbang deflasi utama adalah terkait dengan harga-harga komoditas minyak goreng, telor ayam ras, serta daging ayam ras," ucapnya dalam konferensi pers, Selasa (01/3).

Kemudian, deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan, yakni -2,08%. Komoditas yang menyebabkan deflasi di Tanjung Pandan adalah ikan kurisi 0,58%, ikan selar, ikan tude 0,40% serta minyak goreng 0,26%.

Deflasi terendah terjadi di Palembang, Palangka Raya, dan Tarakan, yakni -0,01%. Sementara itu, untuk inflasi tertinggi di Kupang 0,65% dan inflasi terendah terjadi di Tanjung Selor 0,01%.

"Dengan komoditas yang berikan andil inflasi ikan kembung 0,17% kemudian kangkung andil inflasi 0,15% serta sawi hijau 0,10%," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil besar deflasi, di mana minyak goreng menyumban 0,11%. Kondisi ini disebabkan karena pada Februari awal pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menerbitkan aturan mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku sejak 1 Februari 2022.

Kemudian, telur ayam ras memiliki andil 0,10% yang disebabkan oleh surplus produksi telur ayam ras, sehingga pasokan meningkat. Kondisi ini berdampak pada penurunan harga komoditas telur ayam ras.

"Lalu daging ayam ras andil 0,06%, jadi kenaikan disebabkan produksi ayam berdaging surplus permintaan masih normal sebabkan turunnya daging ayam ras," katanya

img
Anisatul Umah
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan