Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juni 2022 secara nasional naik menjadi 105,9, kenaikan ini lebih tinggi dari Mei 2022 dengan selisih 0,52%. NTP adalah salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan, juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi.
Naiknya NTP Juni 2022 dipicu oleh kenaikan Indeks Harga Terima Petani (It) sebesar 1,47%. Angka ini lebih tinggi dari Indeks Harga Bayar Petani (Ib) yang naik hanya 0,94%.
Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan, kenaikan NTP tertinggi terjadi di subsektor hortikultura sebesar 13,44%. Dengan demikian, subsektor hortikultura Mei 2022 sebesar 104,12 naik di Juni 2022 menjadi 118,11.
“Penyebab naiknya subsektor hortikultura adalah kenaikan (It) meningkat 14,60%. Ini lebih besar dari (Ib) yang hanya 1,02%. Sedangkan penurunan NTP paling besar ada di subsektor Tanaman Pangan (NTPP) yang turun sebanyak 1,20%, penyebabnya adalah (It) turun menjadi 0,26% dan (Ib) naik sebanyak 0,95%,” jelas Margo dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/7).
Selain hortikultura yang mengalami kenaikan, Margo juga menyampaikan pada perkembangan NTP Juni 2022 terdapat kenaikan di subsektor peternakan (NTPT), kenaikan ini tercatat sebesar 0,55%. Artinya, subsektor peternakan naik dari bulan Mei 101,59 menjadi 102,16.
Yang menjadi pengaruh dominan atas kenaikan indeks harga terima petani adalah cabai rawit dan bawang merah. Sedangkan kenaikan indeks harga bayar petani dipengaruhi komoditas jagung dan kacang tanah.
Berdasarkan data yang disampaikan Margo, selain tanaman pangan yang mengalami penurunan, ada juga beberapa subsektor lainnya yang turun. Diantaranya subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebanyak 1,16%, perikanan sebesar 0,39%, nelayan turun menjadi 0,47%, dan pembudidaya ikan turun sebesar 0,26%.