Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05%. Dengan deflasi ini, tingkat inflasi tahun kalender 2020 (September 2020 terhadap Desember 2019) menjadi 0,89% dan inflasi tahun ke tahun (September 2020 terhadap September 2019) menjadi 1,42%.
“Perkembangan harga komoditas pada September 2020 secara umum menunjukkan penurunan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota inflasi, pada September 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05%,” ujar Kepala BPS Suhariyanto melalui Live Youtube BPS, Kamis (1/10).
Dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), 56 kota mengalami deflasi dan 34 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Timika (-0,83%) dan terendahnya di Bukit Tinggi, Jember, dan Singkawang (masing-masing -0,01%). Inflasi tertinggi di Gunungsitoli (1%) dan terendah di Pontianak dan Pekanbaru (0,01%).
Dengan deflasi pada September berarti deflasi telah terjadi selama tiga bulan berturut-turut, yakni dari Juli 2020 hingga September 2020. Nilai deflasi Juli sebesar 0,10%, Agustus 0,05%, dan September 0,05%.
Deflasi pada September terjadi karena adanya penurunan harga komoditas seperti daging ayam, telur ayam, dan bawang merah. “Adanya penurunan harga daging ayam dan telur ayam sekitar 0,04%. Ada juga penurunan harga bawang merah dan beberapa sayuran seperti tomat dan cabai rawit,” katanya.
Sebelumnya Indonesia pernah mengalami deflasi berturut-turut pada 1998. “Pada waktu itu, terjadi deflasi dari Maret sampai September, terjadi berturut-turut selama tujuh bulan,” ujar Suhariyanto.