Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menanggapi ekonom Capital Economics Ltd. yang meragukan data BPS soal indikator-indikator pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Menurut Suhariyanto, ekonom lembaga riset asing tersebut tidak memahami persoalan makro ekonomi dengan baik. Pasalnya, lanjutnya, data yang dikumpulkan oleh BPS telah memperoleh pengakuan akurat selama lima tahun berturut-turut dari International Monetary Fund (IMF).
Lebih jauh, dia mengatakan, penghitungan PDB yang dilakukan oleh BPS sudah mengacu kepada rumusan (manual) yang disepakati oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Apalagi, kata dia, data-data yang dikumpulkan oleh BPS berasal dari berbagai lembaga pemerintahan seperti Kementerian Keuangan.
"BPS dimonitor oleh forum masyarakat statistik. Kedua teman-teman IMF itu datang ke BPS minimal sekali setahun untuk cek kita mendapat statement data BPS akurat. Ekonom itu berarti tidak paham," katanya usai Rapat Koordinasi di Kemenko Perekonomian, di Jakarta, Selasa (5/11).
Dia pun menjelaskan, meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh konsisten di atas 5% selama tiga kuartal di 2019, bukan berarti pertumbuhannya stabil seperti yang diungkapkan oleh ekonom tersebut.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 merosot, atau hanya tumbuh 5,02%, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun lalu yang tumbuh sebesar 5,17%.
"Enggak benar juga kalau kita stable, kalau dilihat pertumbuhan ekonomi dari 5,17% 2018 ke 5,02% kan turunnya tajam," ucapnya.
Dia pun menyatakan, ekonomi Indonesia masih berada di rentang pertumbuhan yang diprediksi oleh para ekonom lainnya, yaitu di kisaran 4,98% hingga 4,14%.
"Kalau lihat kemarin rata-rata ekonom rangenya 4,98% hingga 5,14% kan? Kalau dirata-rata pendapatnya deket banget. Sedikit sekali yang predikai di bawah 5%," ucapnya.
Untuk itu, lanjutnya, pihaknya tidak mungkin memanipulasi data yang dirilis oleh BPS. Karena selain akan langsung terdeteksi oleh IMF, data yang dimanipulasi akan menimbulkan ketidakpercayaan publik dalam dan luar negeri.
"Karena kalau angka tidak bisa dipercaya, nggak ada trust. Saya nggak akan membiarkan itu, yang saya jaga bukan hanya BPS tapi kredibilitas negara," jelasnya.
Sebelumnya, Ekonom Capital Economics Ltd. Gareth Leather meragukan data indikator-indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Mengutip Bloomberg, ia meragukan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang tumbuh stabil dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, dia mengatakan, berdasarkan hitungannya pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan sepanjang tahun ini.
“Kami tidak memiliki kepercayaan banyak pada angka-angka resmi PDB Indonesia, yang telah stabil selama beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah melambat tajam selama setahun terakhir," ujarnya