Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, Sunarso, mengklaim, pihaknya selalu mendukung dan mengoptimalisasi pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Ini sejalan dengan arahan pemerintah yang mendorong peningkatan porsi kredit perbankan dan lembaga pembiayaan yang disalurkan kepada UMKM minimal 30% pada 2024.
"Saat ini, porsi kredit UMKM kita secara nasional baru 21%. Dari 21% tersebut, yang paling berkontribusi adalah BRI," katanya dalam penjelasannya pada acara "BRI Micro Finance Outlook 2023", Kamis (26/1).
Sunarso mengklaim, kontribusi BRI pada pembiayaan UMKM secara nasional mencapai 67%. Sementara itu, porsi portofolio kredit BRI didominasi kredit kepada UMKM sebesar 84% dari total kreditnya dan 16% sisanya digunakan sebagai pembiayaan segmen wholesale dan korporasi.
BRI menargetkan peningkatan porsi kredit bagi UMKM menjadi 85% pada 2025. "Ini juga sekaligus sebagai upaya meningkatkan inklusi keuangan kita menjadi 90% dan ini menjadi concern secara nasional," ucapnya.
Di sisi lain, Sunarso mengungkapkan, adanya optimisme pelaku UMKM pada 2023 mendorong resiliensi bisnis. Berdasarkan riset per kuartal yang dilakukan BRI, 55% dari responden UMKM memperkirakan nilai penjualan pada 2023 lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Dari jumlah responden yang optimis tersebut, 43% menyatakan akan mengalami kenaikan omzet usaha sekitar 1%-9%. Adapun 23% lainnya memproyeksikan kenaikan omzet 20%-39%.
Sunarso menambahkan, aktivitas bisnis, termasuk volume, omzet, dan penjualan, naik dari 103,2 pada kuartal III-2022 menjadi 105,9 pada kuartal IV-2022.
Ini terlihat dalam indeks bisnis UMKM.
Pada periode yang sama, sambungnya, terjadi kenaikan ekspektasi UMKM terhadap kondisi ekonomi 3 bulan mendatang dari 126,5 menjadi 130,1. Selain itu, indeks kepercayaan pelaku UMKM kepada pemerintah naik dari 127,2 menjadi 138,3.
"Yang paling penting juga, karena tahunnya semakin dekat, ternyata pemilu cenderung memberikan dampak positif terhadap omzet penjualan dari pelaku UMKM, terutama setahun sebelum pemilu," ujar Sunarso.
Sunarso bilang, suku bunga kredit murah bukan menjadi faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan kredit bagi UMKM. Dari model kredit total, faktor pendorong pertumbuhan kredit justru pertumbuhan ekonomi dan kondisi likuiditas.
"Variabel yang paling sensitif dengan elastisitas paling tinggi adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Jadi, kalau mau menumbuhkan ekonomi, tumbuhkanlah kredit dan kredit akan tumbuh kalau konsumsi rumah tangga tumbuh dan daya beli masyarakat menguat," tuturnya.