PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI, berkomitmen untuk menebar rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) di atas 70% dari laba bersih perseroan selama empat tahun ke depan.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, hal tersebut disebabkan oleh rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dari emiten bank bersandi saham BBRI ini cukup kuat berada di level sekitar 25%, atau naik 20% secara tahunan.
Oleh sebab itu, Sunarso menyatakan, berapa pun laba yang diperoleh BBRI selama 2-4 tahun ke depan, sangat layak dibagikan kepada pemegang saham. Sebagai catatan, BRI membayar 85% dari laba bersih pada 2021 kepada shareholders sebagai dividen.
“Rasanya tidak berlebihan jika saya sampaikan bahwa dua hingga empat tahun ke depan, BRI dapat membayar dividen di atas 70% dari laba yang diperoleh,” ujar Sunarso dalam Public Expose Live 2022 secara virtual, Rabu (14/9).
Sunarso mengungkapkan, BBRI telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Salah satunya, perseroan sudah memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro (UMi).
“Ekosistem UMi ini tidak hanya akan mendorong penyaluran kredit, tetapi juga mendorong pertumbuhannya ke arah liabilitas, seperti CASA dan penjualan produk cross selling,” kata Sunarso.
Sejak satu tahun terbentuknya holding tersebut, BRI bersama dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mencatatkan jumlah nasabah yang terintegrasi mencapai 23,5 juta nasabah, dengan total outstanding pembiayaan sebesar Rp183,9 triliun.
Strategi lain yang diterapkan oleh BBRI adalah disiplin menjaga likuiditas dengan fokus pada dana murah atau current account saving account (CASA). Hal itu membuat rasio CASA perseroan mencapai level tertinggi dan cost of fund (CoF) terendah sepanjang sejarah.
BRI tercatat mampu menekan CoF di level 1,7% atau terendah sejak 2019. Perseroan mencatat bahwa CoF pada 2019 berada di kisaran 3,6%, kemudian pada 2020 ditekan ke angka 3,2%, dan tahun lalu sekitar 2,1%.
Sunarso menuturkan bahwa hal tersebut memperlihatkan transformasi BRI yang semakin kuat, terlebih dari struktur liabilitasnya sehingga mampu mempertebal ketersediaan likuiditas.