Emiten perbankan berkapitalisasi pasar Rp448 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan dana hingga Rp5 triliun untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan pada tahun ini.
Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan rencana aksi anorganik itu telah mendapatkan restu pemegang saham. Setidaknya ada dua aksi anorganik yang akan dilakukan perseroan pada tahun ini.
"Kami ingin menjadi mayoritas di Bahana Artha Ventura dan kami juga akan mengakuisisi satu perusahaan sekuritas," katanya katanya dalam paparan publik usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar di Gedung BRI, Kamis (22/3).
Saat ini, emiten berkode saham BBRI itu telah menggenggam kepemilikan pada PT Bahana Artha Ventura (BAV) sebesar 35%. Perseroan menggelontorkan dana Rp71,21 miliar untuk mengakuisisi kepemilikan BAV pada akhir tahun lalu melalui skema private placement.
Kepemilikan saham mayoritas dalam BAV masih digenggam PT Bahana Pembangunan Usaha Indonesia (Persero). Manajemen BRI berniat meningkatkan cengkeraman saham menjadi mayoritas pada tahun ini.
Bank badan usaha milik negara (BUMN) itu juga berencana mengakuisisi perusahaan sekuritas untuk mendukung kinerja perseroan. Manajemen BRI bahkan menyiapkan dana sekitar Rp1 triliun untuk aksi akuisisi perusahaan sekuritas.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menjelaskan perusahaan sekuritas yang dibidik tidak spesifik. Perusahaan sekuritas itu tidak harus BUMN, bisa juga perusahaan sekuritas swasta. "Bisa macam-macam, tidak harus BUMN, bisa juga swasta. Tahun ini akan kami eksekusi akuisisinya," kata dia.
Belum lama ini, manajemen BRI juga telah memasukkan aksi anorganik ke dalam rencana bisnis bank (RBB). Bank BUMN itu tengah membidik akuisisi bank kecil melalui anak usaha perseroan, PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO).
Manajemen BRI tengah mempertimbangkan untuk mengurangi kepemilikan dalam AGRO hingga 76% dari saat ini 87,23%. Rencana akuisisi yang dilakukan oleh BRI Agro akan digelar usai AGRO menggelar penerbitan saham baru melalui mekanisme rights issue.
Aksi anorganik juga tengah disiapkan oleh anak usaha bank milik negara itu, yakni penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) PT BRI Syariah. BRI Syariah akan melepas 30% saham di lantai bursa pada paruh pertama tahun ini.
Sementara dari sisi organik, manajemen BRI optimistis dapat meraup laba bersih hingga double digit pada 2018. Dalam RBB, manajemen BRI mengajukan target laba dapat tumbuh 9%-11% seiring tingginya perolehan tahun 2017 yang naik 10,6%.
"Dengan kondisi ekonomi yang cukup baik, penyaluran kredit dan dana pihak ketiga (DPK) sampai Februari sudah cukup baik, kami optimis akan meraih laba double digit," kata Suprajarto.
Dari sisi pendanaan, manajemen BRI menyiapkan dua aksi penerbitan surat utang. Di antaranya obligasi konversi dan penawaran umum berkelanjutan.
Obligasi konversi yang akan diterbitkan BBRI mencapai Rp500 miliar sebagai encana aksi atau recovery plan bagi bank sistemik. Dari 11 bank yang ditetapkan oleh OJK sebagai bank sistemik, Bank BRI adalah salah satunya.
Perseroan juga akan menerbitkan penawaran umum berkelanjutan (PUB) senilai Rp10 triliun, sebagai bagian dari PUB sejak 2016-2018 dengan total Rp20 triliun. Manajemen BRI bahkan akan kembali mengurus perijinan untuk emisi obligasi pada 2018-2020 dengan nilai Rp12 triliun-Rp15 triliun.
Untuk tahun ini, nilai obligasi yang akan diterbitkan sekitar Rp3 triliun – Rp5 triliun dengan tenor 3-5 tahun. Emisi obligasi itu merupakan kelanjutan dari PUB 2017.