PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. membidik target penyaluran kredit tumbuh fantastis hingga 24% tahun ini, jauh lebih tinggi dari rerata industri nasional.
Direktur Utama BTN Maryono, mengatakan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan yang digelar di kantor pusat BTN, Jumat (23/3), diputuskan untuk mengalokasikan laba ditahan senilai Rp2,421 triliun. Laba ditahan tersebut membuat Bank BTN memiliki modal tambahan untuk ekspansi kredit dan pengembangan usaha.
Menurut dia, penggunaan 80% laba bersih untuk ekspansi kredit dan usaha tahun 2018 tidak lepas dari target tahun ini yang dipasang BTN. Dengan pencapaian tahun 2017 yang berada di atas rata-rata perbankan nasional, Bank BTN tetap menjaga laju pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri, yaitu sebesar 22%-24%.
Pada tahun 2017 lalu, Bank BTN mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 21,01% year-on-year (yoy). Peningkatan target kredit didasari oleh suksesnya Program Sejuta Rumah yang makin diperkuat tahun ini, baik lewat skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga, maupun Bantuan Uang Muka serta skema baru yang dibuat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yaitu Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2PT).
Selain mematok pertumbuhan kredit yang tinggi, target penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga didorong tumbuh 19%-22%. Sementara, laba bersih diharapkan bisa tumbuh di atas 25% agar bisa mendorong peningkatan ekuitas sebesar 13%-15% dibandingkan dengan tahun 2017.
“Untuk mencapai target tersebut, kami sudah memasang setidaknya 9 strategi," ungkap Maryono.
Strategi tersebut di antaranya, penguatan positioning BTN di segmen kredit pemilikan rumah (KPR) dan construction value chain, struktur pendanaan dan rasio dana murah (current account, saving account/CASA), meningkatkan pendapatan non bunga, meningkatkan asset recovery dan efektivitas penagihan, memperkuat permodalan, perbaikan kualitas SDM, dan memperkuat infrastruktur teknologi informasi dalam rangka penguatan digital banking.
Akan tetapi, sambungnya, dalam strategi tersebut, BTN juga terus memperkuat manajemen risiko, dan yang juga penting adalah pertumbuhan organik dengan pembentukan anak usaha.
Maryono menambahkan, Bank BTN akan tetap melanjutkan rencana pendirian anak usaha sesuai dengan rencana bisnis perbankan melalui mekanisme penyertaan modal yang akan dilakukan pada bidang pembiayaan, manajemen investasi dan asuransi.
“Rencana tersebut tetap berjalan dan untuk permulaan kami bisa melakukan kerjasama bisnis sambil menanti pendirian holding BUMN perbankan,” tegasnya.
Sesuai dengan strateginya untuk penguatan bisnis KPR, Bank BTN menargetkan bisa meraih dana segar dari FLPP untuk meluluskan target program sejuta rumah. Tahun ini, Bank BTN menargetkan pembiayaan perumahan sebanyak 750.000 unit.
Sekadar informasi, Bank BTN kembali mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk turut serta dalam menyalurkan dana FLPP untuk membiayai ekspansi KPR Subsidi. Tahun ini, bank yang menguasai 36,30% pangsa pasar KPR ini aktif menjemput bola dengan menggandeng perusahaan yang memayungi Masyarakat Berpenghasilan Rendah untuk menabung di Bank BTN baik lembaga pemerintah maupun swasta.
Sepanjang tahun lalu, Bank BTN berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp3,02 triliun, atau naik 15,59% secara tahunan (yoy) dari 2016 sebesar Rp2,61 triliun.
Capaian laba bersih ini ditopang penyaluran kredit dan pembiayaan Bank BTN yang naik 21,01% yoy dari Rp164,44 triliun pada 2016 menjadi Rp198,99 triliun pada 2017.
Pertumbuhan kredit di atas rata-rata industri perbankan nasional, di mana data Bank Indonesia menunjukkan per Desember 2017, kredit perbankan nasional tumbuh 8,2% yoy.
Kredit perumahan masih mendominasi komposisi pinjaman Bank BTN sepanjang 2017 atau 90,07% dari total pinjaman yang disalurkan perseroan. Per Desember 2017, kredit perumahan yang disalurkan perseroan naik 21,14% yoy dari Rp147,94 triliun menjadi Rp179,22 triliun.
Bank BTN juga menghimpun DPK senilai Rp192,95 triliun. Perolehan tersebut naik 20,45% yoy dari Rp160,19 triliun pada 31 Desember 2016. Pertumbuhan simpanan masyarakat tersebut pun lebih tinggi di atas rata-rata perbankan nasional yang hanya naik sebesar 8,3% yoy.