PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) optimistis dapat melampaui target penyaluran kredit dari dana penempatan pemerintah untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Direktur Utama BBTN Pahala Nugraha Mansury dalam keterangan resminya, Kamis (17/9) mengatakan, sejak awal perusahaan berkomitmen memenuhi target untuk menyalurkan pembiayaan hingga tiga kali lipat atau sebesar Rp15 triliun penempatan dana pemerintah. Semula, dana PEN dialokasikan sebesar Rp5 triliun selama tiga bulan. Dia mengatakan porsi terbesar penyaluran pembiayaan tersebut ke sektor perumahan, sesuai dengan core business BBTN.
"Kami siap mengoptimalkan penyaluran pembiayaan ke sektor perumahan jika pemerintah memperpanjang penempatan dana dan menambah dana PEN,” tutur Pahala, Kamis (17/9).
Pahala menjelaskan, realisasi penyaluran pembiayaan hingga 25 September 2020 dari penempatan dana pemerintah, diproyeksikan mencapai Rp15,38 triliun atau 102,5% dari target.
Segmen terbesar dari penerima pembiayaan tersebut adalah kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yakni untuk 28.807 debitur senilai Rp3,99 triliun. Dana itu setara 26% dari keseluruhan pembiayaan yang disalurkan.
Segmen lain penerima pembiayaan PEN yang diproyeksikan terealisasi hingga 25 September 2020, adalah KPR nonsubsidi dan kredit konsumer lainnya. Yakni mencakup 12.944 debitur senilai Rp3,38 triliun atau setara 22% dari keseluruhan pembiayaan yang disalurkan.
Segmen selanjutnya kredit konstruksi dan kredit komersial lainnya sebanyak 2.454 debitur, senilai Rp2,85 triliun atau setara 18,5% dan kredit ke BUMN untuk 49 debitur senilai Rp5,15 triliun atau setara 33,5%.
Pahala melanjutkan, berbagai upaya telah dilakukan BBTN untuk dapat mencapai target realisasi tersebut, di tengah tantangan kondisi ekonomi yang berada di ambang resesi akibat pandemi Covid-19.
Tantangan tersebut antara lain penyelesaian pembangunan rumah KPR yang terhambat karena ketidaktersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU) seperti listrik dan air, serta jalan dan saluran. Selain itu, menurunnya daya beli akibat pembatasan aktivitas sosial di masa pandemi, serta kehati-hatian dalam penyaluran kredit khususnya terhadap calon debitur yang terdampak Covid-19.
Dia menuturkan dalam merealisasikan penyaluran kredit, perusahaan tetap memegang prinsip kehati-hatian agar rasio kredit bermasalah terjaga dan debitur tidak terbebani dengan cicilan di tengah kondisi yang sulit seperti saat ini.
"Sejauh ini BTN terus berupaya memaksimalkan ekspansi kredit, dengan tetap memperhatikan pengelolaan risiko yang baik," katanya.
Adapun hingga 31 Agustus 2020, realisasi penyaluran pembiayaan dari penempatan dana pemerintah di BTN, telah mencapai Rp9,42 triliun atau 62,8% dari target sebesar Rp15 triliun.
Segmen terbesar adalah untuk KPR subsidi sebanyak 22.456 debitur dengan total nilai Rp 3,13 triliun. Disusul KPR non-subsidi dan kredit konsumer untuk 9.669 debitur dengan total nilai Rp2,46 triliun.
Berikutnya adalah kredit konstruksi dan kredit komersial lain untuk 1.961 debitur dengan total nilai Rp1,81 triliun. Di dalamnya sudah termasuk kredit untuk UMKM sebanyak 1.001 debitur senilai Rp434 miliar. Sedangkan kredit ke BUMN telah terealisasi bagi 22 debitur senilai Rp2,02 triliun.
Penyaluran kredit tersebut telah dilaksanakan hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Dari total kredit yang disalurkan, 77% tersalur ke wilayah di luar DKI Jakarta dan 23% di antaranya ke luar Pulau Jawa.
“Dengan besarnya porsi penyaluran pembiayaan ke sektor perumahan, baik melalui segmen KPR subsidi dan KPR non-subsidi, Bank BTN berharap dapat mendukung ekonomi masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.