close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus Corona untuk penelitian di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya di Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (6/2/2020). Foto Antara/Umarul Faruq.
icon caption
Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus Corona untuk penelitian di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya di Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (6/2/2020). Foto Antara/Umarul Faruq.
Bisnis
Rabu, 18 Maret 2020 15:19

BUMN RNI akan impor alat tes Covid-19 dari China

Masyarakat dapat memeriksa mandiri apakah terjangkit Covid-19 atau tidak dengan alat tes (tes pack) ini.
swipe

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI sedang menunggu izin dari Kementerian Kesehatan untuk mengimpor alat yang bisa mendeteksi secara cepat (rapid test) penyakit coronavirus atau Covid-19.

"PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) sedang pesan sekitar 500.000 pieces. Tapi kami menunggu izin dari Kementerian Kesehatan, kalau sudah bisa, langsung kami distribusikan alat itu," ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga dalam telekonferensi pers di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan izin impor alat kesehatan itu sudah diregistrasi sejak 10 Maret 2020. Alat diagnostik Covid-19 itu sedianya bakal diimpor dari Hangzhou, China.

"Sudah kami registrasi tanggal 10 Maret lalu. Melalui alat itu, hasilnya bisa keluar hanya sekitar 15 menit, maksimal 3 jam. Bentuk alat itu seperti alat tes kehamilan," paparnya.

Dengan alat itu, lanjut dia, masyarakat dapat memeriksa mandiri apakah terjangkit Covid-19 atau tidak. Jika positif, dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke rumah sakit rujukan Covid-19.

"Dengan rapid test orang ada kepastian awal, dia bisa indikasi corona sedini mungkin. Kalau sudah ada kecenderungan terpapar bisa melakukan pengambilan sampel dengan swab di rumah sakit," kata Arya.

Arya memastikan, harga alat deteksi dini Covid-19 itu cukup terjangkau bagi masyarakat. Namun, dirinya belum dapat merinci besaran harga untuk alat itu.

Saat ini, ia mengakui, Indonesia belum dapat memproduksi alat itu. Namun, ia meyakini ke depan Indonesia bakal sanggup untuk memproduksinya.

"Mungkin pelan-pelan teman-teman dari Eijkman (Lembaga Biologi Molekuler Eijkman) bisa bikin," ucapnya. (Ant)

img
Laila Ramdhini
Reporter
img
Laila Ramdhini
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan