Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur memiliki kandungan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth. Akan tetapi, kajian yang dilakukan masih bersifat umum.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan studi secara rinci mulai dari eksplorasi hingga ke hilirisasi dan industri LTJ akan ditentukan oleh kompleksitas lokasi.
"Untuk studi pemanfaatan logam tanah jarang di lokasi lumpur Lapindo sedikitnya memerlukan waktu selama 5 tahun sampai mendapatkan studi kelayakan yang komprehensif," ucapnya kepada Alinea.id, Selasa (25/1).
Menurutnya, jika sudah dinyatakan layak dari segala aspek, dilanjutkan dengan pembangunan infrastruktur, penambangan, sampai kepada teknologi smelter yang tepat. Sehingga, logam tanah jarang dapat diekstraksi secara optimal.
Dia menyarankan, industri hilirisasi yang terintegrasi dikembangkan apabila terdapat potensi cadangan LTJ di lumpur Lapindo, litium, dan stronsium terbukti dapat dikelola secara teknis dan ekonomis.
"Akan berdampak besar khususnya pada perekonomian masyarakat sekitar dan penerimaan negara yang besar," ujarnya.
Rizal menekankan, masalah lingkungan harus tetap menjadi perhatian. Selain itu, penguasaan teknologi dalam negeri juga harus serius dikembangkan untuk pengolahan dan pemurnian LTJ tersebut.
"Lithium (Li) sangat dibutuhkan untuk pengembangan baterai kendaraan berbasis listrik di Indonesia," katanya.
Sebelumnya, Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan, soal kandungan LTJ di lumpur Lapindo penelitiannya sudah dilakukan sejak 2020. Kajian dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi di mana survei yang dilakukan di sana masih bersifat secara umum. Berdasarkan hasil kajian ini ditemukan indikasi dari LTJ.
"Selain logam tanah jarang ada logam lain termasuk logam critical raw material," katanya dalam konferensi pers secara daring, Jumat (21/1).
Menurutnya, jumlah logam critical raw material bahkan lebih tinggi dari LTJ. Tahun ini dia sebut kajian mengenai kandungan logam di lumpur Lapindo masih terus dilanjutkan.