Kebutuhan dana hingga Rp233 triliun membuat pemerintah memangkas target pembangunan proyek jalur kereta api hingga 64,48% dari total target.
Pemerintah menurunkan target pembangunan jalur kereta api selama 2015-2019 dari 3.258 kilometer (km) menjadi 1.157 km. Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Zulfikri mengatakan hal ini dilakukan setelah melakukan tinjauan ulang (review) terhadap rencana strategis (renstra) transportasi.
Zulfikri mengatakan sepanjang 2015-2018 kebutuhan pendanaan untuk perkeretaapian mencapai Rp233 triliun. Adapun, skema porsi pendanaan awal yang dirumuskan dalam dokumen Renstra adalah 27% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 73% dari non-APBN. Namun, dalam tiga tahun ke belakang, target ini tidak bisa direalisasikan karena kontribusi pendanaan alternatif non-APBN masih minim.
Untuk itu, kata Zulfikri, pemerintah merevisi kebutuhan pendanaan untuk perkeretaapian menjadi Rp127 triliun. Adapun porsinya menjadi dari APBN sebesar Rp90,3 triliun atau 71% dan dari non-APBN sebesar Rp36,9 triliun atau 29%.
“Dari hasil review kami pada 2017, ternyata perkeretaapian paling berat realisasinya di Kemenhub karena terkait dengan pendanaan. Awalnya kami turunkan target dari 3.258 km ke 1.349 km. Tapi setelah ditinjau lagi, dari pagu indikatif hanya bisa dibangun 1.157 km,” kata Zulfikri saat konferensi pers di Jakarta, Senin (6/8).
Sementara, hingga saat ini realisasi pembangunan jalur kereta api baru selama 2015-2017 baru mencapai 368 km. Jalur ini meliputi pembangunan jalur ganda dan reaktivasi jalur kereta api.
Adapun proyek jalur kereta api yang beroperasi pada 2018 yakni jalur KA Bandara Minangkabau, jalur ganda KA Martapura-Baturaja, jalur ganda KA Prabumulih-Kertapati, LRT Sumatera Selatan, dan jalur ganda KA Bandara Soekarno Hatta. Sementara prasarana yang selesai yakni Stasiun Maja, Stasiun Palmerah, Stasiun Kebayoran dan Stasiun Parungpanjang lintas Tanah Abang – Serpong – Maja.
Lebih lanjut, Zulfikri mengatakan hingga akhir 2018 direncanakan bakal beroperasi 9 sarana dan prasarana kereta api baru. Sementara, hingga akhir 2019 ada 9 proyek baru yang akan beroperasi, saat ini proyek tersebut sedang dalam tahap konstruksi.
Di sisi lain, Zulfikri mengatakan hingga akhir 2019 akan dibangun enam jalur kereta khusus pengangkut batu bara yakni di Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Jalur kereta ini merupakan inisiasi dari investor lokal atau swasta.
Proyek kereta yang akan beroperasi 2018:
1. Depo Cipinang (modernisasi fasilitas Jatinegara - Bekasi)
2. Jalur KA Layang Medan – Bandar Khalifah (8 km) dan 2 stasiun KA
3. Jalur KA Binjai – Besitang (80 km) dan 7 Stasiun KA
4. Jalur KA Bandar Tinggi – Kuala Tanjung (21,5 km) dan 3 Stasiun
5. LRT Provinsi DKI Jakarta Kelapa Gading - Velodrom (5,8 km) dan 6 Stasiun dan Depo
6. Jalur Ganda KA Maja – Rangkasbitung (17 km) termasuk elektrifikasi
7. Jalur KA Makassar – Parepare (29,55 km+ 4,7 km)
8. Jalur Ganda KA Solo – Kedungbanteng (42 km)
9. Jalur Ganda KA Madiun – Jombang (84 km)
Proyek kereta yang akan beroperasi 2018:
1. LRT Jabodebek (43 km) termasuk Depo
2. MRT Jakarta (15,7 km) North – South fase 1
3. Jalur KA Besitang – Sei Liput (35 km)
4. Jalur KA Rantauprapat – Pondok S2 (33 km)
5. Jalur Ganda KA Kedungbanteng – Madiun (57 km)
6. Jalur KA Menuju Bandara Adi Sumarmo (13,5 km)
7. Jalur Ganda KA Purwokerto– Kroya (18 km) termasuk Pekerjaan Terowongan
8. Jalur Ganda KA Kutoarjo – Kroya (76 km)
9. Jalur Ganda KA Bogor – Sukabumi (56 km)