close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi maskapai penerbangan. Foto Pixabay.
icon caption
Ilustrasi maskapai penerbangan. Foto Pixabay.
Bisnis - Industri
Selasa, 12 November 2024 18:44

Cara maskapai genjot pendapatan di tengah lesunya iklim bisnis

Maskapai penerbangan memutar siasat guna menggenjot kinerja hingga akhir tahun.
swipe

Di tengah lesunya iklim bisnis, maskapai penerbangan optimistis mampu mengantongi kenaikan pendapatan hingga akhir tahun. Sejumlah perusahaan memutar siasat guna menggenjot kinerja. 

PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menerapkan sederet strategi untuk meningkatkan kinerja. Yakni, melalui peningkatan kapasitas produksi yang ditunjang dengan penambahan empat armada menjelang akhir tahun ini, penguatan global partnership bersama maskapai internasional, hingga penjajakan “new lease commercial term agreement” yang diintensifkan pada kuartal IV-2024.  

“Kinerja perusahaan diproyeksikan akan terus tumbuh positif sejalan dengan berbagai langkah penguatan fundamental basis kinerja keuangan pasca-restrukturisasi," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, dikutip Selasa (12/11).

Irfan mengatakan sebelumnya perusahaan telah menurunkan harga sewa pesawat dalam fase restrukturisasi. Kini pihaknya melakukan langkah penjajakan penerapan new lease commercial term agreement dengan skema ijarah. Langkah ini diperkirakan dapat merefleksikan secara ideal beban operasi khususnya komponen sewa pesawat dalam pencatatan kinerja keuangan perseroan.

Penjajakan new lease commercial term agreement diprediksi dapat memperkuat fundamental kinerja keuangan melalui pembukuan yang proporsional. Selain itu, secara jangka panjang juga dapat memperbaiki posisi ekuitas perusahaan.

"New lease commercial term agreement tersebut telah mendapatkan persetujuan sedikitnya 10% dari total pesawat yang jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah jelang akhir tahun ini," tuturnya.

Adapun penjajakan skema ijarah bakal melengkapi rangkaian strategi penguatan kinerja yang dioptimalkan GIAA jelang tutup tahun 2024. Yakni, melalui penguatan global partnership bersama Japan Airlines dan Singapore Airlines yang diproyeksikan menjadi katalisator penguatan presensi market Garuda Indonesia di kancah global, sekaligus menarik pertumbuhan trafik penumpang secara berkelanjutan. Lalu, rencana penambahan alat produksi perusahaan sebanyak empat armada secara bertahap dimulai dari kuartal IV akhir tahun. Rinciannya, dua pesawat narrow body Boeing B737-800NG dan potensi penambahan dua pesawat narrow body lainnya yang dalam tahap negosiasi. Penambahan armada tersebut merupakan bagian dari rencana di tahun 2023 dan 2024.

Strategi penguatan kinerja tersebut diklaim tecermin pada kinerja usaha hingga periode 10 bulan di tahun 2024. Pendapatan usaha tercatat sebesar US$2,8 miliar atau telah mendekati capaian sepanjang tahun 2023 yakni sebesar US$2,9 miliar. Adapun nett income atau laba bersih per Oktober tumbuh 114,19% menjadi US$18,11 juta dibandingkan dengan bulan sebelumnya, di mana selanjutnya hasil ijarah tersebut akan dicatatkan dalam laporan tahun kinerja 2024.

"Outlook positif juga terefleksikan melalui pertumbuhan EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) sebesar US$790 juta atau tumbuh sebesar 13,82% dari periode bulan sebelumnya," kata Irfan. 

Pada kuartal III-2024, GIAA mencatat EBITDA sebesar US$685,81 juta atau naik ketimbang periode yang sama tahun sebelumnya yang US$616,37 juta.

Pendapatan usaha secara konsolidasi pada sembilan bulan pertama 2024 (unaudited) juga naik hingga 15% menjadi US$2,56 miliar dibandingkan dengan periode yang sama di 2023 yakni US$2,23 miliar. Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut salah satunya ditopang oleh peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 17% secara tahunan atau year on year mencapai US$2,01 miliar, pendapatan penerbangan tidak berjadwal naik 6%, dan pendapatan lainnya yang naik 8% dibandingkan dengan capaian hingga kuartal III di tahun sebelumnya.

Pertumbuhan pendapatan usaha sampai dengan triwulan III tahun ini ditopang oleh kenaikan angkutan penumpang Garuda Indonesia secara grup. Hingga bulan September 2024, angkutan penumpang mencapai 17,73 juta penumpang atau menguat 24% secara yoy yang dikontribusikan dari angkutan Garuda Indonesia (mainbrand) sebesar 8,34 juta penumpang atau meningkat 45%, sedangkan Citilink sebanyak 9,39 juta penumpang, naik 10%.

“Adanya perubahan skema perjanjian sewa pesawat dari skema konvensional menjadi skema ijarah ini selaras dengan upaya untuk menjadikan perusahaan lebih solvable dan berpotensi meningkatkan nilai kapitalisasi pasar saham perusahaan dengan memperoleh refleksi kondisi riil terkait beban sewa pesawat pada periode tertentu, sekaligus memungkinkan Garuda Indonesia untuk melaksanakan perencanaan dalam perolehan revenue sehubungan dengan beban sewa yang harus ditanggung perusahaan pada periode tertentu," katanya.

Menurutnya, untuk pertama kalinya dalam sejarah kinerja Garuda Indonesia, mencatatkan konsistensi pertumbuhan pendapatan dan penumpang. Tahun ini tidak terdapat tren low season pada kinerja operasi perusahaan. 

PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) meramal kinerja semester II-2024 akan terus membaik, ditopang dengan rencana pembukaan rute-rute baru, yaitu: Jakarta-Bandar Seri Begawan, Jakarta-Hong Kong, Denpasar-Phuket, Denpasar-Kota Kinabalu, Denpasar-Cairns, dan Denpasar-Hong Kong. 

"Perusahaan akan tetap fokus pada peningkatan kinerja dan berkomitmen untuk menjaga kualitas layanan kepada pelanggan serta menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan," kata Direktur Utama Indonesia AirAsia, Veranita Yosephine.

Pada semester I-2024, CMPP mencatat peningkatan jumlah penumpang sebesar 21% dari 2,74 juta menjadi 3,33 juta penumpang.

"Pendapatan perusahaan naik 24% menjadi Rp 3,78 triliun, dibandingkan Rp 3,05 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya," ujarnya. 

Selain itu, kapasitas kursi juga mengalami kenaikan sebesar 16%, dari 3,33 juta menjadi 3,84 juta kursi, dengan jumlah penerbangan tercatat sebanyak 21.361 penerbangan. Tingkat keterisian (load factor) juga meningkat menjadi 87%, dari 82% pada tahun 2023. Serta diperkenalkannya dua rute baru, yaitu Jakarta-Kota Kinabalu, Malaysia dan Bali-Lampung.

img
Satriani Ari Wulan
Reporter
img
Satriani Ari Wulan
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan