Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat China merupakan negara pemasok barang impor terbesar ke Indonesia sepanjang Januari-Desember 2019 dengan nilai US$44,58 miliar atau berkontribusi 29,95%.
"China memasok barang impor terbesar ke Indonesia sepanjang tahun 2019," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Rabu (15/1).
Menyusul China, Jepang menjadi negara kedua terbesar pemasok barang impor ke Indonesia dengan nilai US$15,59 miliar atau 10,47%. Selanjutnya, Thailand dengan nilai impor US$9,41 miliar atau 6,32%.
"Untuk impor nonmigas dari ASEAN mencapai US$29.291 atau 19,68%. Sementara dari Uni Eropa US$12.344,5 atau 8,29%," ujar Suhariyanto.
BPS mencatat nilai impor kumulatif Januari−Desember 2019 adalah US$170,72 miliar atau turun 9,53% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan terjadi pada impor migas dan nonmigas masing-masing US$7,98 miliar atau 26,73% dan US$10 miliar atau 6,30%.
Suhariyanto memaparkan, penurunan impor migas disebabkan oleh turunnya seluruh impor komponen migas, yaitu minyak mentah US$3,45 miliar atau 37,73%, hasil minyak US$3,96 miliar atau 22,50%, dan gas US$556,9 juta atau 18,17%.
Selama dua belas bulan terakhir, nilai impor migas tertinggi tercatat pada April 2019 dengan nilai mencapai US$2,235 miliar dan terendah terjadi di Maret 2019, yaitu US$1,5 miliar.
Sementara itu, nilai impor nonmigas tertinggi tercatat pada Juli 2019, yaitu US$13,7 miliar dan terendah di Juni 2019 dengan nilai US$9,7 miliar.
Volume impor Januari–Desember 2019 juga mengalami penurunan 5,31% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kondisi ini dipicu oleh turunnya volume impor migas 16,80% (8,26 juta ton) dan nonmigas 0,69% (849.700 ton).