PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 29,10% secara tahunan atau year on year (yoy) hingga kuartal III-2020.
Pada kuartal III-2020, perusahaan mengantongi laba bersih sebesar Rp1,9 triliun, sedangkan periode yang sama tahun lalu mencapai Rp2,68 triliun.
Penurunan laba bersih terjadi sejalan dengan lesunya penyaluran kredit. Perusahaan mencatat penyaluran kredit kuartal III-2020 sebesar Rp180,85 triliun atau turun 5,6% yoy. Kredit ini utamanya dikontribusikan oleh bisnis consumer banking yang tumbuh 4,1% yoy. Lalu kredit pemilikan rumah (KPR) yang tumbuh 7,9% yoy, dan kredit pemilikan mobil (KPM) yang meningkat sebesar 7,0% yoy.
Direktur Finance dan SPAPM CIMB Niaga Lee Kai Kwong mengatakan likuiditas, kualitas aset, dan manajemen biaya tetap menjadi fokus utama CIMB Niaga.
"Penyaluran kredit dilakukan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian secara ketat, untuk memastikan tingkat modal dan biaya pencadangan yang baik dalam mengantisipasi tantangan perekonomian ke depan," ujar Kwong dalam keterangan resminya di Jakarta, Rabu (18/11).
Sementara dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perusahaan hingga kuartal III-2020 ini mencapai Rp211,9 triliun, dengan rasio dana murah atau CASA sebesar 60,31%. Adapun giro dan tabungan mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 35,6% dan 16,6% secara tahunan. Peningkatan DPK ini sejalan dengan komitmen perseroan untuk mengembangkan layanan digital dan meningkatkan pengalaman nasabah.
Pada segmen perbankan syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) CIMB Niaga (CIMB Niaga Syariah) membukukan total pembiayaan sebesar Rp32,6 triliun atau meningkat 4,7% yoy. Selain itu, CIMB Niaga Syariah juga mampu menghimpun DPK sebesar Rp35,1 triliun, atau meningkat 32% yoy hingga kuartal III-2020.
Menurut Kwon, di tengah kondisi perekonomian yang masih menantang, perusahaan dapat mempertahankan posisi sebagai bank swasta nasional terbesar kedua di Indonesia dari sisi aset. Total aset mencapai Rp281,7 triliun per 30 September 2020.
“Kami berkomitmen terus mendukung karyawan, nasabah, dan masyarakat untuk menghadapi kondisi ini secara bersama-sama. Prioritas kami saat ini adalah meminimalisir dampak yang kurang baik bagi nasabah, dan senantiasa membantu pemulihan bisnis secara keseluruhan melalui program bantuan dan dukungan likuiditas tambahan,” kata Kwon.